"Emm.. roti bakar aja" Mendengar jawaban dari Nana aku langsung memesankannya sekaligus satu kopi pahit lagi untukku di pagi ini.
Aku memberikan roti bakar ke Nana dan meletakkan kopiku di atas meja.
"Terimakasih kak ger, kakak gak sarapan sekalian?" Tanya Nana yang kelihatannya heran denganku
"Ini aja cukup kok Na, Kakak memang biasa ngopi pagi untuk makannya nanti siang" ucapku lalu tersenyum
"Aku fikir kopi cuma untuk bapak-bapak" kata Nana sambil tertawa kecil
"Hahah, engga dong.. kopi itu minuman merakyat semua kalangan baik cewek atau cowok bisa menikmatinya" jawabku sambil menatapnya yang tak berhenti tersenyum.
Manis, hanya itu yang ku rasakan. Bukan kopiku yang manis tapi senyum Nana menularkan rasa ke minuman hitam pekat yang aku minum. Suasana pagi dan candaanya seakan melepas seluruh beban yang aku pikul sejak kemarin. Skripsi, revisi, dan luka hati.
Kami bercerita hingga siang menjelang, sampai lupa dengan waktu yang kami habiskan selama 3 jam terakhir ini di kantin.
"Astaga kak, jam 12 aku ada rapat" ucap Nana dan mulai mengemasi tasnya
"Haha, ya ampun sampai lupa maaf ya Na keasyikan ngobrol"
"Gak apa-apa kak, thanks ya.. aku duluan"