"Bukan gitu juga Had, gue cuma bingung sama Cika.. Â dia gak punya hati apa?"
Hadi mengangguk "Gue paham kok Ger, nih buku yang lo mau pinjem" dia memberikan buku bersampul biru tua itu padaku.
"Mungkin lo cuma gk beruntung aja, jagain jodoh orang selama tiga tahun itu memang perjuangannya gak bisa diremehkan. Malah gue salut sama lo. Lupain apa yang udah terjadi.. keputusan yang dia ambil bener kok. Karena perempuan seperti dia gak pantas buat lo Ger"
Hadi yang sudah sejak semester awal selalu bersamaku, bisa dikatakan sebagai sobat karib. Dia selalu menjadi penasehat terbaik, tidak kalah dengan motivator-motivator YouTube.
Aku menghela nafas, mengambil buku Hadi dan memasukkannya ke ransel. "Lo bener Had, mungkin gue hanya tidak beruntung"
"Sabar Ger, inget kata pepatah mati satu tumbuh seribu. Ntar juga ada gantinya" Hadi menepuk bahuku lagi dan menyemangatiku.
Keesokan harinya, Pak Deni memintaku membawa laporan skripsi ke Kampus. Berhubung beliau juga sudah pulang dari luar kota setelah pelatihan kemarin.
"Ah sial, masa revisi terus" cercaku sambil berjalan cepat turun dari tangga. Tiba-tiba tak sengaja aku menabrak tubuh seseorang.
"BRUKKK"
"Eh maaf-maaf aduh, makanannya jadi jatuh.." ucpaku dengan nada panik sambil mencomoti kotak makan dan serpihan roti di lantai.
"Gak apa-apa kak" ucapnya