"Hati-hati kak Gery!"
Bukan karena apa-apa aku hanya tidak ingin terjebak dengan pertanyaannya tadi mengenai masalah ku. Seberanya Pak Deni sedang ada pelatihan dan beliau tidak bisa menemuiku untuk bimbingan, tadi hanya alibiku saja agar bisa pergi dari sana.
Rencananya aku akan kerumah Hadi teman sekelasku sekalian pinjem bahan materi. Tapi entah kenapa sudah setengah perjalanan laju sepeda motorku masih terasa lambat jadi aku menaikkan kecepatannya agar cepat sampai tujuan.
Saat melewati pinggiran alun-alun, aku jadi teringat dengannya pikiranku kembali di isi memori lalu, saat-saat manis yang kita lalui di alun-alun kota waktu senja menuju petang menyisakan duka paling indah bagiku.
"Kopi Ger?" lelaki berambut gondrong itu menyuguhkan segelas kopi hitam di depanku
Aku hanya menggeleng sekilas "pusing Had kopi mulu" jawabku
Dia tertawa renyah lalu menepuk bahuku beberapa kali.
"Sejak kapan seorang Gery Abirama dan kopinya bermusuhan?"
"Sudahlah Had, itu dua hal yang sangat berbeda" Aku membalasnya dengan tatapan sinis
"Galau lagi, galau lagi.. ayo kita pensiun jadi sadboy" ucap Hadi
Kata-katanya itu sontak membuatku meringis sekaligus tergelak. Hadi memang yang paling bisa mencairkan suasana.