Membuktikan bahwa anak broken home tak selamanya buruk Dimata khalayak orang, aku masih memiliki Tuhan, keluarga yang selalu ada untuk ku hingga aku mampu bertahan dari cemohan lingkungan kehancuran rumah tangga orang tua ku. Walau mengabaikan rasa rindu ku, rasa iriku begitu melihat orang tua teman ku datang dengan wajah berseri menyambut rapot anak anak mereka.
RIFAD ACHMAD
Nama ku disebut ku langkahkan kaki ke podium diikuti dengan siswa dan siswi lainnya, satu dua dari kami menyalami kepala sekolah untuk menerima piagam kelulusan. Mataku memerah mengamati orang tua yang termenung melihat putra putrinya lulus jenjang SMA sedangkan aku menatap haru mereka, membisikkan kalimat " lihatlah betapa bersyukurnya mereka memiliki teman-teman mu. Dan kau betapa beruntungnya Nenek Ima duduk diantara mereka" lirih ku menghibur diri.
"Terimakasih Rifad. berkat kamu Aku bisa naik ke podium!" Ujar Santi datang menghampiri ku, matanya menatap ku dengan wajah bahagia.
"Tak apa lah. Ilmu itu harus dibagikan Jangan disimpan sendiri nanti otaknya panas" kelakar ku pelan membuat kami tertawa bahagia.
TAMAT
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H