Mohon tunggu...
solekhah  Lekhah
solekhah Lekhah Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis amatir

Penulis pemula yang ingin menuangkan imajinasi nya, merasa perlu belajar dan belajar lagi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Sepucuk Surat untuk Ayah dan Ibu

9 September 2020   08:10 Diperbarui: 10 September 2020   15:34 1304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Tahu apa Kau hidup Ku?" Tanya ku.

"Yang Ku lihat hanya kesempurnaan Mu. Tidak ada Cela untuk orang lain mengatakan keburukan Mu. Meski aku tahu latar keluarga Mu yang mengenaskan Itu!" Lirihnya.

"Begitupun Aku memandang Mu! kau sempurna dimata siswa lainnya. Orang tua yang berbahagia. Kemewahan dan kau si anak kebanggan Ayah Mu!" Ujarku.

"Omong kosong Semua! mereka hanya butuh Citra pujian semata. Kami keluarga tapi bukan keluarga, kami hidup dalam satu atap tapi kami tidak bersama, kami berkumpul tapi hanya diam! Dimana letak kebahagiaan keluarga yang mereka anggap bahagia" Ujar nya.

"Mana yang ku sebut aku anak kebanggan. Cih, orang tua ku bermuka dua. Mereka tak lebih selalu menjadikan ku kelinci pencitraan mereka! Muak rasanya!" Kekehnya memejamkan mata.

"Kapan kau akan berubah?" Tanya ku.

"Setelah mereka bercerai, buat apa hidup dalam satu rumah tapi pertengkaran selalu terjadi. Apakah kau setuju dengan pendapat ku" Aris melanjutkan curhatan hatinya. Aku menggelengkan kepala.

"Bagaimanapun mereka berdua mempertahankan hubungan itu karena kau, dan kau tak pernah merasakan macam mana keluarga Broken Home. Aku saja yang begini masih mengimpikan keluarga yang utuh" titah ku. Dia terdiam.

"Karena ku pintar banyak orang disekeliling mu yang memahami Kamu, sedangkan Ku!" Ujarnya.

"Bergabung lah dengan Ku, Jika kau mau akan aku bantu kau untuk datang Ke Panti Rehabilitasi. Dan tak akan aku beritahukan guru BK jika kau mau berubah!" Ajak ku. Dia mengangguk an kepala.

"Sejak kapan Kau mengkonsumsi obat Itu!" Tanya ku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun