Mohon tunggu...
Soetiyastoko
Soetiyastoko Mohon Tunggu... Penulis - ☆ Mantan perancang strategi pemasaran produk farmasi & pengendali tim promosi produk etikal. Sudah tidak bekerja, usia sudah banyak, enerjik. Per 30 April 2023 telah ber-cucu 6 balita. Gemar menulis sejak berangkat remaja - Hingga kini aktif dikepengurusan berbagai organisasi sosial. Alumnnus Jurusan HI Fak.SOSPOL UNPAD, Angkatan 1975

Marketer, motivator yang gemar menulis, menyanyi dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Masalah Pendidikan di Indonesia

7 Oktober 2024   16:01 Diperbarui: 7 Oktober 2024   16:09 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika Malaysia mulai berinvestasi besar-besaran dalam pembangunan sektor pendidikan, Indonesia masih berkutat dengan masalah internal seperti ketidakmerataan akses pendidikan, kekurangan guru, dan kualitas pendidikan yang stagnan.

Sebagai akibatnya, banyak warga negara Indonesia dari kalangan menengah atas, mulai memilih untuk menempuh pendidikan di Malaysia, baik di tingkat menengah maupun perguruan tinggi.

Hingga saat ini, Malaysia masih menjadi salah satu destinasi utama bagi pelajar Indonesia yang mencari pendidikan berkualitas. 

Ironis. Pengirim guru berkualitas itu, akhirnya mengirim murid.

Hal ini menandakan adanya ketidakpuasan terhadap sistem pendidikan dalam negeri dan persepsi bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masih di bawah standar internasional.

Masalah yang Dihadapi Pendidikan Indonesia

1. Buruknya Penghargaan terhadap Profesi Guru: 

Guru di Indonesia sering kali tidak mendapatkan apresiasi yang layak, baik dari segi finansial maupun sosial. Ini berdampak pada motivasi kerja dan kualitas pengajaran yang mereka berikan. 

Banyak guru, terutama di daerah terpencil, hidup dengan gaji yang tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari.

2. Pola Rekrutmen yang Tidak Transparan:

Perekrutan guru sering kali masih dilakukan secara nepotisme dan kroniisme, yang berarti guru-guru yang diangkat belum tentu memiliki kompetensi yang memadai. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun