Standar sertifikasi dan seleksi juga tidak konsisten, sehingga banyak guru yang tidak siap untuk memberikan pendidikan berkualitas kepada siswa.
3. Profesi Guru Sebagai Pilihan 'Terpaksa':
Bagi sebagian orang, profesi guru sering dipandang sebagai pilihan terakhir atau "cadangan" ketika mereka gagal mendapatkan profesi yang diinginkan.
Ini menyebabkan kurangnya dedikasi dan motivasi pada beberapa tenaga pengajar, yang akhirnya berdampak pada kualitas pengajaran.
4. Kekurangan Guru dan Kualitas yang Rendah:
Masalah yang saat ini masih dihadapi adalah kekurangan guru, terutama di daerah-daerah terpencil dan di bidang tertentu seperti sains dan matematika.
Selain itu, kualitas pendidikan yang diberikan sering kali tidak memenuhi standar, baik karena kurangnya pelatihan berkelanjutan maupun fasilitas belajar yang terbatas.
5. Institusi pendidikan dijadikan ajang dagang buku yang semakin tidak berkualitas.
Pemasaran buku dengan sogok-menyogok bin pemberian cashback atau profit sharing, benar-benar telah menghancurkan dunia pendidikan di Indonesia.
Padahal di era awal 1970an, Penerbit Balai Pustaka, nota bene milik Pemerintah, telah mampu menerbitkan buku-buku baku yang bermutu. Sebagian disediakan secara gratis di sekolah.
Penulis masih ingat serial buku pelajaran bahasa inggris *Student Book* . Buku yang disusun dan dirancang dengan baik. Penggunaannya bisa diturunkan bin diwariskan kepada adik kelas.