Mohon tunggu...
Soetiyastoko
Soetiyastoko Mohon Tunggu... Penulis - ☆ Mantan perancang strategi pemasaran produk farmasi & pengendali tim promosi produk etikal. Sudah tidak bekerja, usia sudah banyak, enerjik. Per 30 April 2023 telah ber-cucu 6 balita. Gemar menulis sejak berangkat remaja - Hingga kini aktif dikepengurusan berbagai organisasi sosial. Alumnnus Jurusan HI Fak.SOSPOL UNPAD, Angkatan 1975

Marketer, motivator yang gemar menulis, menyanyi dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidikan | Masalah Pendidikan di Indonesia

7 Oktober 2024   16:01 Diperbarui: 10 Oktober 2024   00:14 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan  |  Masalah Pendidikan di Indonesia: Dari Pengiriman Guru ke Malaysia hingga Tantangan Hari Ini

DikToko
(Soetiyastoko)

Pendahuluan:
Sejarah Pengiriman Guru ke Malaysia

Pada akhir 1960-an, tepatnya sekitar tahun 1967, Indonesia banyak mengirimkan guru-guru berkualitasnya, ke Malaysia sebagai bagian dari upaya diplomatik dan kerja sama regional setelah, berakhirnya konflik Konfrontasi Indonesia-Malaysia.

Pengiriman ini merupakan bantuan tenaga pengajar untuk mendukung dunia pendidikan di Malaysia yang saat itu kekurangan guru, terutama di bidang sains, bahasa, dan matematika.

Guru-guru yang dikirim tidak hanya berasal dari latar belakang bahasa Indonesia, tetapi juga dari disiplin ilmu lainnya seperti fisika, kimia, dan matematika.

Meski dilihat sebagai langkah positif dalam hubungan diplomatik, kebijakan ini pada kenyataannya merugikan Indonesia dalam beberapa hal.

Guru-guru yang diberangkatkan adalah tenaga pengajar kita yang berkualitas  tinggi -yang sebenarnya- sangat dibutuhkan di dalam negeri.

Akibatnya, Indonesia mengalami kekurangan guru yang berkualitas di beberapa wilayahnya, sebuah masalah yang akibatnya bertahan hingga kini.

Ketertinggalan Pendidikan Indonesia Sejak 1980-an

Memasuki tahun 1980-an, kondisi pendidikan di Indonesia mulai tertinggal dibanding Malaysia. 

Ketika Malaysia mulai berinvestasi besar-besaran dalam pembangunan sektor pendidikan, Indonesia masih berkutat dengan masalah internal seperti ketidakmerataan akses pendidikan, kekurangan guru, dan kualitas pendidikan yang stagnan.

Sebagai akibatnya, banyak warga negara Indonesia dari kalangan menengah atas, mulai memilih untuk menempuh pendidikan di Malaysia, baik di tingkat menengah maupun perguruan tinggi.

Hingga saat ini, Malaysia masih menjadi salah satu destinasi utama bagi pelajar Indonesia yang mencari pendidikan berkualitas. 

Ironis. Pengirim guru berkualitas itu, akhirnya mengirim murid.

Hal ini menandakan adanya ketidakpuasan terhadap sistem pendidikan dalam negeri dan persepsi bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masih di bawah standar internasional.

Masalah yang Dihadapi Pendidikan Indonesia

1. Buruknya Penghargaan terhadap Profesi Guru: 

Guru di Indonesia sering kali tidak mendapatkan apresiasi yang layak, baik dari segi finansial maupun sosial. Ini berdampak pada motivasi kerja dan kualitas pengajaran yang mereka berikan. 

Banyak guru, terutama di daerah terpencil, hidup dengan gaji yang tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari.

2. Pola Rekrutmen yang Tidak Transparan:

Perekrutan guru sering kali masih dilakukan secara nepotisme dan kroniisme, yang berarti guru-guru yang diangkat belum tentu memiliki kompetensi yang memadai. 

Standar sertifikasi dan seleksi juga tidak konsisten, sehingga banyak guru yang tidak siap untuk memberikan pendidikan berkualitas kepada siswa.

3. Profesi Guru Sebagai Pilihan 'Terpaksa':

Bagi sebagian orang, profesi guru sering dipandang sebagai pilihan terakhir atau "cadangan" ketika mereka gagal mendapatkan profesi yang diinginkan. 

Ini menyebabkan kurangnya dedikasi dan motivasi pada beberapa tenaga pengajar, yang akhirnya berdampak pada kualitas pengajaran.

4. Kekurangan Guru dan Kualitas yang Rendah:

Masalah yang saat ini masih dihadapi adalah kekurangan guru, terutama di daerah-daerah terpencil dan di bidang tertentu seperti sains dan matematika. 

Selain itu, kualitas pendidikan yang diberikan sering kali tidak memenuhi standar, baik karena kurangnya pelatihan berkelanjutan maupun fasilitas belajar yang terbatas.

5. Institusi pendidikan dijadikan ajang dagang buku yang semakin tidak berkualitas.

Pemasaran buku dengan sogok-menyogok bin pemberian cashback atau profit sharing, benar-benar telah menghancurkan dunia pendidikan di Indonesia.

Padahal di era awal 1970an, Penerbit Balai Pustaka, nota bene milik Pemerintah, telah mampu menerbitkan buku-buku baku yang bermutu. Sebagian disediakan secara gratis di sekolah.

Penulis masih ingat serial buku pelajaran bahasa inggris *Student Book* . Buku yang disusun dan dirancang dengan baik. Penggunaannya bisa diturunkan bin diwariskan kepada adik kelas.

*Dampak Besar pada Kemajuan Bangsa*

Masalah-masalah pendidikan ini memiliki dampak jangka panjang yang serius bagi masa depan bangsa Indonesia. 

Jika kualitas pendidikan terus tertinggal, Indonesia akan menghadapi:

*Kesenjangan kompetensi* antara lulusan pendidikan Indonesia dengan lulusan dari negara-negara lain, yang bisa mengurangi daya saing di pasar global.

Kurangnya inovasi dan pengembangan teknologi, karena pendidikan yang tidak memadai akan berpengaruh pada kapasitas riset dan pengembangan industri. Termasuk rendahnya mental, moralitas yang berujung pada rendahnya produktivitas.

Lemahnya pembangunan sumber daya manusia, yang pada akhirnya menghambat kemajuan ekonomi, sosial, dan politik negara.

*Saran Konstruktif untuk Mengatasi Masalah Pendidikan*

Untuk mengatasi masalah-masalah yang telah disebutkan, diperlukan langkah-langkah strategis dan berkelanjutan yang mencakup perbaikan dari segi kebijakan, infrastruktur, serta kualitas guru dan siswa. 

Berikut adalah beberapa langkah yang bisa diambil:

1. Peningkatan Penghargaan terhadap Guru

Kenaikan Gaji dan Tunjangan: Guru, terutama yang mengajar di daerah terpencil atau yang mengampu mata pelajaran penting, harus mendapatkan gaji dan tunjangan yang layak. Pemerintah perlu mengalokasikan anggaran yang lebih besar untuk meningkatkan kesejahteraan guru.

Program Penghargaan Guru Berprestasi: Buat program penghargaan tahunan bagi guru yang menunjukkan dedikasi tinggi dan berhasil meningkatkan kualitas pengajaran.

2. Reformasi Rekrutmen Guru

Seleksi yang Ketat dan Berdasarkan Meritokrasi: Pemerintah harus memperbaiki sistem rekrutmen guru dengan menekankan pada kompetensi dan integritas. Seleksi berbasis merit harus diberlakukan secara ketat agar hanya guru-guru berkualitas yang diangkat.

Penerapan Standar Sertifikasi yang Konsisten:

Guru harus melalui proses sertifikasi yang ketat dan berkelanjutan untuk memastikan mereka memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk mengajar.

3. Meningkatkan Kualitas Pendidikan Guru

Pelatihan Berkelanjutan: Guru perlu diberi kesempatan untuk terus meningkatkan keterampilan mereka melalui program pelatihan dan sertifikasi yang relevan dengan perkembangan zaman.

Pengembangan Kurikulum yang Dinamis:

Kurikulum pengajaran guru harus terus diperbarui agar relevan dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan teknologi.

4. Perbaikan Infrastruktur Pendidikan

Investasi dalam Fasilitas Pendidikan: Sekolah, terutama di daerah-daerah yang terbelakang, membutuhkan perbaikan fasilitas belajar seperti laboratorium, perpustakaan, dan alat bantu pembelajaran digital.

Penyebaran Teknologi Pendidikan: Pemanfaatan teknologi harus menjadi prioritas, terutama dengan menyediakan akses internet dan platform pembelajaran online di seluruh Indonesia.

5. Menarik Minat Generasi Muda Menjadi Guru

Beasiswa untuk Calon Guru Berprestasi: Berikan beasiswa dan insentif bagi siswa yang berprestasi di bidang pendidikan agar mereka terdorong untuk menjadi guru.

Meningkatkan Citra Profesi Guru:

 Kampanyekan profesi guru sebagai profesi mulia dan penting bagi kemajuan bangsa, dengan menekankan peran mereka dalam membentuk generasi penerus yang berkualitas.

6. Peningkatan Akses Pendidikan di Daerah Terpencil

Program Guru Terbang atau Guru Keliling: Sebagai solusi jangka pendek untuk kekurangan guru di daerah terpencil, program guru terbang dapat diterapkan di mana guru berkualitas dikirim secara bergantian ke daerah-daerah yang kekurangan guru.

Pembangunan Sekolah di Daerah Terisolir:

Pemerintah perlu menambah jumlah sekolah di daerah-daerah yang masih minim akses pendidikan.

7. Jadikan profesi guru, profesi impian yang membanggakan.

Bukan profesi -kelas guru yang digambarkan Iwan Fals- dalam lagunya yang berjudul Umar Bakri. Sarat dengan gambaran kehidupan yang merana.

Profesi guru seharusnya hanya diisi mereka yang berkualifikasi cerdas dan terbaik dalam banyak hal, di setiap angkatannya.

Kesimpulan

Masalah pendidikan di Indonesia sudah dimulai sejak pengiriman guru ke Malaysia pada 1960-an dan terus berlanjut hingga sekarang, dengan berbagai tantangan terkait rekrutmen, penghargaan profesi guru, serta kualitas pengajaran. 

Jika tidak segera ditangani, hal ini akan menghambat kemajuan bangsa dalam menghadapi persaingan global.

Melalui reformasi rekrutmen, peningkatan penghargaan terhadap guru, perbaikan infrastruktur, dan strategi untuk menarik generasi muda berkualitas menjadi guru, Indonesia dapat mengejar ketertinggalan dan memastikan pendidikan yang lebih baik bagi generasi mendatang. 

Langkah-langkah ini harus dilaksanakan secara bertahap namun tegas untuk mencapai hasil yang maksimal.

------------

Komplek Kemlu 76 , Pondokaren, Tangsel  Senin  07/10/2024 13:58:05

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun