Mohon tunggu...
Soetiyastoko
Soetiyastoko Mohon Tunggu... Penulis - ☆ Mantan perancang strategi pemasaran produk farmasi & pengendali tim promosi produk etikal. Sudah tidak bekerja, usia sudah banyak, enerjik. Per 30 April 2023 telah ber-cucu 6 balita. Gemar menulis sejak berangkat remaja - Hingga kini aktif dikepengurusan berbagai organisasi sosial. Alumnnus Jurusan HI Fak.SOSPOL UNPAD, Angkatan 1975

Marketer, motivator yang gemar menulis, menyanyi dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Semburat Memar Malam di Pulau Terpencil

19 September 2024   15:42 Diperbarui: 19 September 2024   15:42 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika penyakit itu kambuh di momen penting, rasa malu dan panik membuat mereka mencari kambing hitam, dan sayangnya, dokter Bimo yang datang untuk menolong justru menjadi sasaran kemarahan mereka.

Mimpi-mimpi yang dialami Dokter Bimo saat tak sadarkan diri mencerminkan perjalanan batinnya dalam menghadapi ketidakadilan dan kekerasan yang dialami.

Setiap mimpi menggambarkan bagaimana ia mencari jawaban atas kehidupannya, menghadapi konflik dan kebingungan. Namun di sisi lain juga berjuang untuk menemukan kedamaian dan arti sebenarnya dari tugasnya sebagai dokter.
Mimpi-mimpi itu mengajarkannya bahwa hidup adalah perjalanan panjang yang penuh dengan tantangan, tetapi juga memberikan kesempatan untuk refleksi diri, kesabaran, dan ketangguhan mental.

Pada akhirnya, dokter Bimo dihadapkan pada realitas bahwa meskipun ia menderita akibat ketidakadilan, tugasnya sebagai penyembuh tetaplah mulia.

Peristiwa itu mengingatkannya bahwa dalam profesi medis, ia akan sering berhadapan dengan situasi sulit.
Betapapun itu, tanggung jawabnya adalah untuk tetap menjaga integritas dan profesionalisme, meski kadang harus menghadapi ketidakadilan.

*Saran*

1. Keterbukaan adalah Kunci:

Keluarga calon pengantin pria seharusnya terbuka tentang kondisi kesehatan calon mempelai. Keterbukaan mengenai penyakit seperti epilepsi bisa menghindarkan banyak masalah di kemudian hari, baik bagi pihak keluarga maupun calon pasangan.

Menutupi kondisi medis dari pasangan atau pihak lain hanya akan menambah beban dan menciptakan masalah yang lebih besar di masa depan.

2. Pahami Sebelum Menghakimi:

Saat berada dalam situasi yang penuh emosi, mudah untuk menyalahkan orang lain.
Namun, penting untuk tetap tenang dan berusaha memahami situasi sebelum menghakimi atau bertindak agresif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun