Mohon tunggu...
Soetiyastoko
Soetiyastoko Mohon Tunggu... Penulis - ☆ Mantan perancang strategi pemasaran produk farmasi & pengendali tim promosi produk etikal. Sudah tidak bekerja, usia sudah banyak, enerjik. Per 30 April 2023 telah ber-cucu 6 balita. Gemar menulis sejak berangkat remaja - Hingga kini aktif dikepengurusan berbagai organisasi sosial. Alumnnus Jurusan HI Fak.SOSPOL UNPAD, Angkatan 1975

Marketer, motivator yang gemar menulis, menyanyi dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Sebuah Pagi (Bagian 1)

27 Agustus 2022   08:00 Diperbarui: 27 Agustus 2022   08:07 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua-tiga orang membenarkan perkataan bu Marintan.

"Dengarkan baik-baik, agar kalian tak salah ngomong dan nambahin dosa ! Mestinya aku tak sampaikan ini. Ini rahasia keluarga !"

Tak ada berani yang mencoba memotong ucapan Marintan, yang tinggi besar seperti perwira angkatan laut.

"Simak baik-baik, ..." Marintan menghentikan kalimat-nya

"Ibu Arumi yang dosen itu, cucu orang kaya raya. Dia beli rumah di sini tidak seperti kalian. Aku dan Ibu Arumi, tidak ngutang ! Tidak kredit. Tidak riba ! Kami beli kontan, cash keras."

Marintan membelalak, tidak marah pun, gaya-nya demikian.

Ibu-ibu berdaster itu terdiam.

"Kuberitahu, kalian yaa ! Aku memang bukan sultan, kalau aku sultan gak akan bertetangga sama kalian !"

Marintan, menatap satu-satu wajah para tetangganya itu, lalu agak lama merayapi ujung kaki hingga kepala ibu Aas. Tetangga paling ganas kalau ngomongin orang.

"Bisa jadi kalian tak percaya, saya ini dulu dosennya Ibu Arumi dan Pak Wahidin. Sekarang jadi kolega, kami kini sesama dosen. Mereka itu orang cerdas, makanya bisa jadi orang baik !"

Marintan menghirup nafas panjang, suaranya mereda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun