***
Keluar dari pintu utara kampus, si demplon hijau pucuk daun itu diikuti si gambot coklat.
"Sampai jumpa !" , serunya kepada penunggang motor jepang itu. Tangannya melambai, diikuti syal kuningnya. Seraya diputarnya kuat-kuat tuas gas.
Si demplon pun melesat diantara keramaian lalu lintas. Menyelap-nyelip diantara mobil-mobil. Tak biasanya, Wadiarini Anya berkendara seperti itu. Entah mengapa, dia merasa hebat bisa melesat seperti itu, sukses menerobos kepadatan lalulintas.
Dia masih duduk di jok, ketika motor distandarkannya. Dilepaskannya kain yang terbelit dilehernya, lalu helm.
Tukang jual empek-empek berinisiatif menekan bel di gerbang besar, menuju bagian dalam halaman rumah.
Tiba-tiba si gambot coklat berhenti disamping sang demplon.
"Wadiarini Anya, kamu mau makan apa ?"
Yang ditanya, kaget. Tak menyangka diikuti Marsudi Jaya. Dia belum menjawab, hanya melihat kesekeliling tenda-tenda di halaman luas, di depan rumahnya.
"Kita makan soto madura, yuk ! Aku pernah beberapa kali makan di situ. Enak"
Wadiarini Anya, terpana, mengikuti langkah ke arah tenda pak Tiarum. Tenda soto daging ala madura. Tak ada kursi kosong. Semua ada yang menempati. Mereka berdiri celingukan, menanti siapa yang sudah selesai makan.