“Apa kau tidak lelah dengan kondisi kita saat ini?”
“Maksudmu?” tanggap Haris kebingungan.
“Harusnya kita sudah meninggalkan kondisi ini jauh-jauh hari. Aku lelah dengan kecukupan kita.”
“Kecukupan dari segi materi?”
“Nah, kau tahu.”
“Iya, aku tahu. Harusnya jauh sebelumnya kita sudah menaikan kelas kehidupan kita. Terutama materi, seperti yang kau idam-idamkan.”
Lola terdiam sejenak sambil mengusap wajahnya dan menarik nafas panjang.
“Kau tahu, aku bekerja siang malam untuk melunasi hutang itu. Selama sepuluh tahun ini aku lupa bagaimana caranya bersenang-senang. Menikmati hasil jerih payah sendiri!” Haris sedikit geram.
“Aku turut membayar hutang itu juga!” Lola membalas.
“Apakah sebanding!? Aku malas berdebat denganmu. Aku mau istirahat.
Haris meninggalkan Lola sendiri di sofa. Lola khawatir jika ia mengatakan sejujurnya. Lola takut.