“Tidak usah!” tolak Lola.
“Aku sahabatmu, Loi. Ceritakanlah padaku. Itu kebiasaanmu jika ada masalah, bukan? Kenapa sekarang kau tidak mau menceritakannya padaku?” Rayu Marta pelan.
“Baiklah, kalau itu maumu.” Lola mengiyakan tawaran Marta.
Mereka berdua menutup percakapan dengan usapan terakhir di atas meja. Restoran akan segera tutup.
***
Malam itu Lola duduk di sofa dengan tatapan kosong, sembari menunggu Haris datang dari kantor. Secangkir teh diharapkan mempu mengurangi rasa sesal Lola. Ia masih termenung akan sesuatu yang kerap membuatnya kadang-kadang gelisah. Waktu menunjukkan pukul tujuh, suaminya baru pulang.
“Kau tidak apa-apa sayang?” Tanya Haris sembari melepas simpulan dasi.
“Menurutmu? Aku tak tahu bagaimana memulainya.” Balas Lola sambil meneguk teh.
“Jadi, ada sesuatu yang kau tak bicarakan kepadaku?”
“Bukan tidak, bukan, tapi yang belum aku bicarakan.”
“Sekarang, bicarakan saja, apa itu. Belakangan ini kau tampak menyembunyikan sesuatu dariku.”