Mohon tunggu...
Supartono JW
Supartono JW Mohon Tunggu... Konsultan - Pengamat
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Niat berbagi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Memahami Keterampilan Berbahasa Rakyat Indonesia, di Tengah Wabah Corona

25 Maret 2020   11:01 Diperbarui: 25 Maret 2020   13:22 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: doc.Supartono JW

Lemahnya keterampilan mendengar dan membaca dapat dibuktikan dengan, lebih banyaknya masyarakat yang kini lebih ingin berbagi di media sosial di bidang apa saja, terlebih menyoal corona. 

Meski bukan ahli, praktisi, pengamat, atau pihak yang berwenang, khususnya di whatsapp (wa) masyarakat sangat mudah memviralkan dengan mengeshare berbagai informasi, yang kebayakan mereka belum membaca dan memahami isinya. 

Hanya melihat judul artikel/berita/brosur/video dan lainnya, sudah langsung main share saja padahal semua hal tersebut belum tentu valid atau sebaliknya malah hoaks. 

Ironisnya, bila ada informasi/berita/artikel/brosir/video yang valid, benar, dapat dipercaya, dengan sok tahunya ada yang berkomentar, padahal isi infomasinya saja belum di baca/disimak/ditonton.dari awal sampai selesai. 

Sangat menggemaskan. Ini adalah akumulasi dari kegagala pembelajaran mendengar, yang berakibat gagal membaca, buntutnya gagal pula mengkalkulasi (matematika). Pun gagal pula dalam sains, karena tidak ditunjang oleh keterampilan mendengar dan membaca. 

Ujungnya? Masyarakat bangsa ini hanya menjadi masyarakat pemakai produk kreativitas dan inovasi orang lain, pihak lain, bangsa lain. Tak ada pemikiran untuk berbuat kreatif dan inovatif sendiri. 

Sudah begitu, fakta kehidupan sehari-hari mulai dari rakyat biasa, elite partai, hingga pemimpin negeri, lebih banyak menonjolkan ke-sok-tahu-annya. Tak tertinggal gaya pamer kemewahan dan OKB pada nasyarakat yang kaya (benar) atau sok kaya.

Nampak rendahnya kecerdasan emosi, jauh dari empati, simpati, dan rendah hati, karena di hati dan pikirannya, hidup adalah untuk dirinya. 

Jadi, inilah potret masyarakat Indonesia terkini. Mulai dari anak-anak, terpuruk dalam membaca, matematika, dan sains. Maka dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat pun gagal dalam keterampilan berbahasa secara utuh. Bagaimana Bapak Presiden, Mas Nadiem?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun