Â
Betapa demikian mulia dan luar biasanya akhlak Nabi Muhammad SAW. Gus Iqdam berdoa agar semoga semua yang hadir kelak diakui oleh Rasulullah sebagai umatnya. Sebuah ajakan untuk merenung diungkapkannya. Introspeksi diri mengenai keberadaan kita di muka bumi ini. Apa yang sudah bisa kita lakukan? Jasa apa yang sudah kita berikan? Dalam hal beribadah belum kita ini pun sesungguhnya jauh dari kata rajin. Bahkan kita ini masih berani kepada orang tua setiap hari, belum bisa membahagiakan orang tua, masih emosian, merasa benar, sedikit-sedikit membuat keributan, sedikit-sedikit membuat adu jotos, sedikit-sedikit membantai orang lain.
Â
"Masya Allah. Luar biasa. Mugo-mugo awake dhewe kabeh iki diakoni umate Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Lha awake dhewe ki iso opo awake dhewe iki, awake dhewe ning ndonya iki? Jasa opo awake dhewe ning ndonya iki? Iyo po ra? Ngibadah ora patek. Maneni wong tuwo mben ndino, urung mbahagyakne wong tuwo mben ndino. Lha tapi awake dhewe emosinan. Merasa benar. Thithik-thithik geger. Thithik-thithik jotosan. Thithik-thithik mbantai uwong. Sudahlah. Kembali ke akhlak Rasulullah SAW. Paham to crito kulo niki?"
Sebagai penutup dari kisah tersebut, dipanjatkannya sebuah doa  dan pengharapan.
"Ya Allah, mugo-mugo atine dhewe sing atos, termasuk ati kulo niki, dilembutkan. Kita mengaku sebagi umat Kanjeng Nabi namun akhlak kita masih seperti ini. Wis mugo-mugo sampeyan tambah sabar."
Riwayat yang dikisahkan tentang pengemis buta yang selalu disuapi oleh Rasulullah tersebut di atas merupakan gambaran sebuah sifat mulia Rasulullah yaitu 'memberi kemanfaatan kepada orang yang telah berbuat buruk kepada dirinya'.
***
Kisah tersebut disampaikan karena memang pada Rutinan Malam Selasa 4 Desember 2023 itu, secara runtut tiba saatnya pada pembahasan tentang Al Hilmu (al hilm), setelah sebelumnya pekan lalu membahas tentang muru'ah dan pembahasan selanjutnya adalah tentang asakho'u atau babagan loman (kedermawanan) di pekan depan.
Al hilm, adalah sifat yang mendorong seseorang untuk meninggalkan membalas (berusaha untuk tidak membalas) seseorang yang telah membuatnya marah padahal orang itu mampu melakukan pembalasan.