Si Orang Buta itu mengatakan demikian. Orang buta itu bicara seperti itu, sambil disuapi oleh Sahabat Abu Bakar.
Lha Sahabat Abu Bakar, Pak, begitu tahu yang diejek adalah Rasulullah, suapan rotinya itu, jika misalnya suapan ke 1 sampai tiga itu halus, selanjutnya disuapkan dengan agak kasar. Clleg, cleg, cleg! Sahabat Abu Bakar menjadi kesal.
Sahabat Abu Bakar berkata dalam hati
"Orang ini kok menjelek-njelekkan Kanjeng Nabi."
Akhirnya dia suapin lagi dengan agak kasar. Langsung orang buta itu kemudian berkata,
"Eh. Ini siapa ya? Seperti bukan orang yang dulu biasanya nih. Orang itu dulu kalau nyuapin aku sedikit demi sedikit. Kalau aku sudah habis, baru disuapkan lagi. Sedikit demi sedikit. Lha Anda kok kasar sekali seperti ini: Pasti Anda bukan orang yang biasanya dulu menyuapiku.."
Sahabat Abu Bakar sejak itu langsung bilang,
"Anda tahu, yang menyuapimu biasanya halus seperti yang kau ceritakan itu, itu lah Muhammad, RaRasulullah SAW, yang setiap hari kau jelek-jelekkan"
Sahabat Abu Bakar langsung berpikir,
"Ya Allah, berarti wong Sahabat Abu Bakar ndulang iku karo dijak ngelek-elek Rasulullah, bayangno ketika Kanjeng Nabi niku ndulang berarti Kanjeng Nabi niku wau karo ngrungokne dipaido."Â
Niki Rasulullah. Bedo karo awake dhewe. Awake dhewe dielek-elek uwong piye carane mbales. Lho nggih to? Kanjeng Nabi niku istimewa. Koyok ngoten niku. Masya Allah. Kulo mbayangne niku. Peh. Abot. Lho njajal, semial kulo sing ndulang, bar ngono wonge ngelok-ngelokne aku. Tapi Kanjeng Nabi terus.Â