Mohon tunggu...
Siwi Sang
Siwi Sang Mohon Tunggu... Jurnalis - Pegiat Literasi Desa

Pengelola TBM Umahbukumayuhmaca, penulis buku tafsir sejarah GIRINDRA Pararaja Tumapel Majapahit, dan Pegiat Literasi Desa.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sejarah Tulungagung

3 Agustus 2013   08:11 Diperbarui: 6 September 2015   16:48 8466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

rikalaning pralaya ring yawadwiparikang sakalala 928 ri prahara haji Wurawari maso mijil sangke Lwaram, ekarnawa rupanikang sayawa-dwipa rikangkala. 

Ketika terjadi pralaya di pulau Jawa pada 928 saka atau 1006M, akibat prahara yang dilancarkan raja Wurawari dari Lwaram, pulau Jawa pada waktu itu bagaikan lautan.

Pada waktu itu berlangsung pesta merayakan penikahan Erlangga dengan Dewi Laksmi, putri sulung Dharmawangsa. Sri Dharmawangsa dan permaisuri gugur. Sementara dalam kawalan Narottama, Erlangga dan permaisurinya berhasil mengungsi ke barat, menuju sebuah asrama Pandita di Wanagiri.  

Beberapa bulan kemudian Erlangga dan Narottama menuju desa Terep di kaki gunung Penanggungan, berlindung dan berguru pada seorang pandita penganut agama Siwa. Erlangga menyunting putri sulung pandita Terep sebagai istri selir.

Ketika Medang i Watan runtuh, beberapa kerajaan bawahannya  seperti Wengker, Hasin, Wuratan, Lewa, dan Lodoyong memerdekakan diri. Lodoyong di selatan sungai Brantas, diperkirakan wilayahnya mulai dari alas Lodaya hingga daerah Kamulan Parahyangan di kaki gunung Wilis, batas Hasin. Menurut Koes Indarto dalam buku Katuturanira Maharaja Erlangga, kerajaan Lodoyong berpusat di daerah Tulungagung sekarang. Sementara pusat kerajaan Hasin berada di sekitar kota Trenggalek atau di barat sungai Ngasinan.

Pada sekitar 1009M, datang para pandita dan kesatria ke pertapaan Terep, menemui Erlangga, meminta supaya menjayakan kembali kerajaan Medang. Erlangga menyanggupinya. Maka perlahan Medang berkumandang di kaki gunung Penanggungan, menaklukkan desa-desa kecil dan kerajaan-kerajaan di sekitar Penanggungan, sambil mulai membangun istana baru di Watan Mas, di kaki gunung Penanggungan.

Ketika pada 1025M Sriwijaya ditaklukan Colamandala dari India, Erlangga leluasa melebarkan kekuasaannya. Mpu Narottama menyarankan supaya tidak tergesa menggempur Lodoyong Tulungagung yang pada waktu itu memiliki balatentara yang sangat tangguh. Maka untuk sementara balatentara Medang menaklukan Lewa, Wuratan, dan Hasin.

Penaklukan Erlangga atas kerajaan Hasin di baratdaya gunung Wilis kelak menerbitkan prasasti Baru, 28 April 1030M. Isi prasasti itu adalah pemberian anugerah perdikan kepada desa Baru. Adapun jasa-jasanya rakyat desa Baru karena mereka telah memberikan layanan sebagaimana mestinya pada waktu Erlangga dan balatentaranya berkemah di desa Baru menjelang penyerbuan ke kerajaan Hasin. Pada waktu itu raja berjanji menjadikan desa Baru sebagai sima perdikan apabila menang peperangan dan berhasil mengalahkan raja Hasin.

Mendengar pasukan Erlangga menaklukkan Hasin, ratu Tulodong tidak tinggal diam. Pasukan besar Ratu Dyah Tulodong berderap menuju lereng Penanggungan atau gunung Arjuna, menggempur istana Erlangga di Watan Mas. Pasukan Erlangga terpukul mundur ke utara dan bertahan di sebuah tempat bernama Patakan. Tersingkirnya raja Erlangga dari istana Watan Mas akibat serbuan musuh, tercatat dalam Prasasti Terep I berangka tahun 1032M

Cuplikan Prasasti Terep I:

…Sambandha rake pangkaja dyah tumabong mapanji tumanggala sira nambah I paduka sri maharaja mojar an hana matapan angaran I terep paraniran paladaran rikala sri maharaja katalaya sangke wwatan mas mara I patakan hana ta sira bhatari arccharupa kapanggih I rikang patapan I terep ngkana ta rakwa rake pangkaja dyah tumabong maprartana ri jayasatru sri maharaja ring samara sampun pwa pratisubaddha palungguh sri maharaja ring ratnasinghasana mwang sampun karahatan musuh nira ring samara tke bala sahayanya ika ta nimitta rake pangkaja dyah tumabong sumambah paduka sri maharaja tumuhwakna pratijna nira ri bhatari ri terep ri swatantra nikang patapan I terep sthana bhatari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun