Andini terdiam tak percaya kalau keluarganya datang menjeguknya, selama ia mesantren di Pon-pes Al-Hikmah di Brebes, Ia selalu di jenguk jika libur panjang, namun kali ini keluarganya datang bukan di hari libur.
"An, kamu hadiah....!" Kata sarah teman sekamarnya.
"Iya, aku dengar" Ucapnya sembari sibuk menata buku dan kitab-kitabnya.
"Sudah, nanti di lanjutkan lagi, Bapak kalih Ibu mriki kok mboten bungah, wonten nopo tho?" Timpal Azmi dengan logat Jawanya sembari tetap asik membaca majalah el-waha yang baru saja didapatkannya tadi pagi.
"Entos ah... sok atuh An tingali heula ka masjid, bilih leres. Panginten kadieu the aya kaperyogian" Kata Sarah, ia menggunakan bahasa Sunda karena sama-sama dari Sunda walaupun ia berasal dari Sumedang.
"Ya sudah aku ke Masjid dulu...!" Kata Andini sembari mengenakan kerudungnya.
"Assalamu'alaikum...!" Salam Andin sembari keluar dari kamarnya.
Andini menelusuri lorong-lorong atau santri-santri sering menyebutnya jalan suci menuju masjid Annur. Teras Masjid yang masih sepi saat Andini habis melaksanakan sholat Dhuha kini ramai dan padat oleh orangtua yang menjengguk anak-anaknya.
Kedua matanya menyusuri orang-orang yang berjubel di teras Masjid, namun tak terlihat keluarganya di antara mereka. Ia hanya mendengus kesal, tapi bukan karena tidak mendapati keluarganya, melainkan kesal melihat rumah Allah di jadikan tempat piknik satu keluarga dengan satu tikar. Sampah-sampah kecil berceceran dimana-mana, genangan air dari aqua gelas sisa didapatinya beberapa kali. Ya Allah... Andini hanya bisa berdo'a semoga Allah mengampuninya dan mengampuni mereka.
"Andini...!" Ada yang memanggilnya dari arah halaman Masjid yang di penuhi mobil-mobil mewah.
Andini menengok "Lucy?" Kager, tidak percaya, seketika berkecamuk dalam pikirannya. Lucy adalah sahabanya waktu SMP dan sepupu Arga.