Mohon tunggu...
Siti Swandari
Siti Swandari Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

terbuka, ingin bersahabat dengan siapapun dan dimana saja,with heartfelt wishes. gemini, universitair, suka baca, nulis , pemerhati masalah sosial dan ingin bumi ini tetap nyaman dan indah.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Artikel Utama

Darah Biru yang Terluka (78)

1 Mei 2015   15:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:29 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14304675731798139008

Keempat ponggawa itu datang lagi untuk mengemasi segala yang ada di meja.

“Dimana Nyai Gandhes dan Nini Sedah ?”
“Masih dikamar beliau Puteri.”
“Pangeran Biru dan kakang Narpati ?” tanya Kuning lagi
“Semua masih dikamarnya masing-masing.”

“Tidak ada kabar tentang pasukan Kemayang ?” tanya Puteri Kuning lagi

“Belum mendengar tentang pasukan Kemayang Puteri. Tetapi pasukan Galuga sudah siap sedia di depan istana semua. Bahkan para panglima dan senapati juga sudah ada disana.”

Sampai agak siang belum ada kabar berita tentang pergerakan atau tanda-tanda penyerangan Kemayang ke Galuga.
Kita bersantai, bercanda dan berandai-andai saja di kamar, tidak ingin keluar

Tiba-tiba pintu di ketuk dari luar, agak keras seolah tergesa.

Terdengar diketuk lagi” Saya Warsih Puteri, …” kita saling pandang
Puteri Kuning segera melompat dan membuka pintu
Warsih segera menyembah “Air laut mulai masuk kehalaman istana Puteri.”

“Dimana Nyai Gandhes dan keluarga istana yang lain ?”

“Semua sudah ada disana, angin juga amat kencang bertiup. Puteri. Seluruh panglima dan senapati juga sudah siaga. Prajurit dan ponggawa di perintahkan naik ke istana semua oleh Nyai Gandhes.”

Kemudian Warsih menghadap aku dan menyembah
“Nyai Gandhes mengharapkan Puteri Puspita membawa ketiga senjata Yogi Puteri. Rupanya Baginda Kelana yang akan memimpin sediri pasukannya sekarang.”

Segera kusiapkan ketiga senjata Yogi Puteri, kuselipkan di pinggangku, aku mengambil cambuk cemetiku dan pedang panjang yang biasa aku bawa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun