Aku cepat meninggalkan Kuning, aku lihat Nyai Gandhes sedang berbicara dengan panglima Wulung.
Aku cepat berjalan kekamar, membersihkan badan dan memakan sedikit kudapan dan minum jamu yang tersedia.
Agak lama aku berdiri didepan lemari senjata, aku belai Guntur Geni, aku tutup lagi kotaknya, aku lalu masuk ke peraduan.
Suasana terasa lengang, sepi dan hening membuat aku segera terlelap.
Aku terbangun tiba-tiba, kuraba di sebelah, puteri Kuning tidak ada.
Kudengar isak yang lirih, aku cepat menoleh kekursi, … puteri Kuning duduk disana, terpekur, kepalanya tunduk, kedua tangannya menutupi mukanya.
“Kuning, engkau tidak tidur ?” dia seperti kaget, berusaha mengusap air matanya, aku cepat bangkit, menghampiri – dia segera bediri.
Kupeluk dia “Kenapa adindaku, … “suaraku juga tercekat, kita saling berpelukan erat, dia tersedu di bahuku.
Kita kemudian duduk dipinggir peraduan, aku pandangi dia, Kuning termangu
“Tadi aku berbicara dengan kakang Narpati, Aki dan Nini Sedah, juga ada Nyai Gandhes bersama kita.”
Kemudian Kuning berceritera jika selama menjadi tawanan di Kemayang, Aki Sedah dan kakang Narpati juga menjadi penyembuh disana,