Mereka cepat menyembah hormat padaku dan memberikan sepucuk nawala kepadaku.
Aku berikan pada puteri Kuning, dan dibuka serta dibacanya.
“Kita di perintahkan untuk kembali ke istana, Puteri. Paman Rahasta dan paman Andaga serta paman Dargo akan tinggal disini, untuk upaya terus mencari pangeran Biru.
Besok kita kembali dengan pasukan pengganti dan beberapa penyembuh serta empu yang digjaya.”
Pasukanku, pasukan Puteri Kuing serta panglima Wulung dengan pasukannya segera kembali ke istana.
Kita memacu dengan cepat karena hari mulai petang, kulihat Nyai Gandhes, juga Nini Sedah dan Aki, kakang Narpati beserta beberapa panglima ada didepan istana.
Kelihatan bahwa mereka menunggu kedatangan kita.
“Tidak tampak ada pasukannya pangeran Biru disana Nyai.” Kataku sambil menyembah
Aku juga bercerita jika aku dan Warsih naik kebukit dan melihat keadaan sekeliling, tetapi semua sepi saja.
Kuceriterakan juga tentang istana air Parapat, Nyai juga tertegun memandangku, seperti perilaku Warsih tadi.
“Puteri dan Kuning lebih baik segera beristirahat saja. Besok pagi kalian akan berangkat lagi.” Kata Nyai Gandhes
Aku melihat kakang Narpati seperti ingin bertemu dengan Puteri Kuning
“Aku kekamar dahulu, engkau temui kakang Narpati, mungkin ada yang perlu di bincangkan denganmu.” Kataku pada Kuning.