Studying Up": Membongkar Kekuasaan Melalui Perspektif Antropologi
"Studying Up", sebuah konsep yang diperkenalkan oleh antropolog Laura Nader pada tahun 1972, merupakan ajakan untuk mengubah fokus penelitian antropologi dari studi "ke bawah" (studying down) ke "ke atas" (studying up). Â Konsep ini mendorong para antropolog untuk meneliti kelompok-kelompok berkuasa, seperti elit politik, ekonomi, dan sosial, dan bagaimana mereka membentuk dan memengaruhi kehidupan orang-orang di bawah mereka.
Mengapa "Studying Up" Penting?
Tradisi antropologi selama ini cenderung fokus pada studi budaya dan masyarakat "primitif" atau "tradisional". Â "Studying Up" menawarkan perspektif baru dengan mengarahkan perhatian pada struktur kekuasaan yang ada di masyarakat modern, termasuk:
Membongkar Asumsi dan Bias: Studi "ke bawah" seringkali terjebak dalam asumsi bahwa kelompok berkuasa adalah objektif dan netral, sementara kelompok yang diteliti dianggap sebagai subjek yang pasif. "Studying Up" menantang asumsi ini dengan menunjukkan bagaimana kekuasaan bekerja dan bagaimana kelompok berkuasa membentuk realitas sosial.
Memahami Dinamika Kekuasaan: "Studying Up" membantu kita memahami bagaimana kekuasaan dijalankan, bagaimana kelompok berkuasa mempertahankan posisinya, dan bagaimana mereka memengaruhi kebijakan, hukum, dan norma sosial.
Mendorong Keadilan Sosial: Dengan memahami bagaimana kekuasaan bekerja, "Studying Up" dapat membantu kita mengidentifikasi dan menantang ketidakadilan sosial, serta mendorong perubahan sosial yang lebih adil dan setara.
Bagaimana konsep "studying up" dapat diterapkan?
Konsep "studying up" sangat relevan dengan konteks sosial budaya yang memiliki hierarki sosial yang kompleks dan beragam. Beberapa cara penerapannya antara lain:
Mempelajari elit politik: Menganalisis bagaimana kebijakan publik dibentuk dan bagaimana kepentingan kelompok elit mempengaruhi proses pengambilan keputusan.
Mempelajari pengusaha besar: Memahami peran mereka dalam ekonomi dan bagaimana mereka mempengaruhi kebijakan pemerintah serta kehidupan masyarakat.
Mempelajari birokrasi: Menganalisis bagaimana birokrasi bekerja, kendala yang dihadapi, dan bagaimana mereka berinteraksi dengan masyarakat.
Mempelajari tokoh agama: Memahami pengaruh tokoh agama terhadap kehidupan sosial dan politik, serta bagaimana mereka menginterpretasikan ajaran agama.
Apa Tantangan  melakukan studying up"?
Ada beberapa hal yang dimungkinkan menjadi tantangan tersendiri bagi antropolog dalam rangka studying up. Beberapa di antaranya adalah:Â
Akses: Mendapatkan akses ke kelompok elit seringkali sulit karena adanya batasan sosial dan ekonomi.
Bias: Para antropolog perlu berhati-hati agar tidak terjebak dalam bias dan pandangan subjektif terhadap kelompok yang mereka teliti.
Etika: Ada etika penelitian yang perlu dijaga, terutama dalam hal kerahasiaan informasi dan perlindungan identitas informan.
Metode: Memilih metode penelitian yang tepat untuk mempelajari kelompok elit bisa menjadi tantangan tersendiri.
Kontribusi studying up pada perubahan sosial yang positif?
Kolaborasi: Bekerja sama dengan kelompok masyarakat yang terdampak oleh kebijakan atau praktik yang diteliti.
Advokasi: Menggunakan hasil penelitian untuk mendorong perubahan kebijakan atau praktik yang tidak adil.
Pendidikan: Mensosialisasikan hasil penelitian kepada masyarakat luas agar mereka lebih memahami isu-isu sosial yang terjadi.
Evaluasi: Melakukan evaluasi terhadap dampak penelitian terhadap perubahan sosial.
Prinsipnya konsep "studying up" menawarkan potensi besar untuk memahami dinamika kekuasaan dan ketidaksetaraan dalam masyarakat. Namun, penerapannya juga dihadapkan pada berbagai tantangan.Â
Contoh isu yang dapat didekati dengan studying up?Â
Ada banyak isu menarik yang bisa diteliti menggunakan pendekatan "studying up" di Indonesia. Beberapa di antaranya adalah:
Pengaruh oligarki dalam pengambilan keputusan kebijakan: Bagaimana kelompok oligarki tertentu mempengaruhi kebijakan ekonomi, politik, dan sosial di Indonesia? Bagaimana mereka mempertahankan kekuasaan dan pengaruh mereka?
Peran korporasi besar dalam pembangunan: Bagaimana korporasi besar terlibat dalam proyek-proyek pembangunan infrastruktur dan bagaimana hal ini berdampak pada masyarakat lokal dan lingkungan?
 Dinamika kekuasaan dalam organisasi keagamaan: Bagaimana kekuasaan dijalankan dalam organisasi keagamaan besar di Indonesia? Bagaimana keputusan-keputusan penting diambil dan bagaimana hal ini mempengaruhi kehidupan umat?
Pengaruh media sosial dalam pembentukan opini publik: Bagaimana platform media sosial digunakan oleh elit politik dan bisnis untuk membentuk opini publik dan mengendalikan narasi?
 Tantangan etika dalam penelitian "studying up"?
Mengatasi tantangan etika dalam penelitian "studying up" memang kompleks, terutama ketika melibatkan kelompok elit yang sensitif. Beberapa cara yang bisa dilakukan adalah:
Transparansi: Jelaskan dengan jelas tujuan penelitian, manfaat yang diharapkan, dan bagaimana data yang diperoleh akan digunakan.
Kerahasiaan: Jamin kerahasiaan identitas informan dan data yang sensitif.
Informed consent: Pastikan informan memberikan persetujuan secara sadar dan sukarela untuk berpartisipasi dalam penelitian.
Netralitas: Jaga sikap netral dan objektif dalam menganalisis data dan menyajikan hasil penelitian.
Etika publikasi: Pastikan hasil penelitian dipublikasikan dengan cara yang bertanggung jawab dan tidak merugikan pihak manapun.
Â
kebijakan ekonomi, politik, dan sosial di Indonesia? Bagaimana mereka mempertahankan kekuasaan dan pengaruh mereka?
Peran korporasi besar dalam pembangunan: Bagaimana korporasi besar terlibat dalam proyek-proyek pembangunan infrastruktur dan bagaimana hal ini berdampak pada masyarakat lokal dan lingkungan?
 Dinamika kekuasaan dalam organisasi keagamaan: Bagaimana kekuasaan dijalankan dalam organisasi keagamaan besar di Indonesia? Bagaimana keputusan-keputusan penting diambil dan bagaimana hal ini mempengaruhi kehidupan umat?
Pengaruh media sosial dalam pembentukan opini publik: Bagaimana platform media sosial digunakan oleh elit politik dan bisnis untuk membentuk opini publik dan mengendalikan narasi?
 Tantangan etika dalam penelitian "studying up"
Mengatasi tantangan etika dalam penelitian "studying up" memang kompleks, terutama ketika melibatkan kelompok elit yang sensitif. Beberapa cara yang bisa dilakukan adalah:
Transparansi: Jelaskan dengan jelas tujuan penelitian, manfaat yang diharapkan, dan bagaimana data yang diperoleh akan digunakan.
Kerahasiaan: Jamin kerahasiaan identitas informan dan data yang sensitif.
Informed consent: Pastikan informan memberikan persetujuan secara sadar dan sukarela untuk berpartisipasi dalam penelitian.
Netralitas: Jaga sikap netral dan objektif dalam menganalisis data dan menyajikan hasil penelitian.
Etika publikasi: Pastikan hasil penelitian dipublikasikan dengan cara yang bertanggung jawab dan tidak merugikan pihak manapun.
Penelitian "studying up" memiliki potensi besar untuk memberikan kontribusi yang signifikan bagi pemahaman kita tentang dinamika kekuasaan dan ketidaksetaraan di Indonesia. Namun, penelitian ini juga dihadapkan pada berbagai tantangan, terutama terkait dengan etika dan akses. Dengan dukungan dari lembaga pendidikan tinggi dan komitmen dari para peneliti, penelitian "studying up" dapat menjadi alat yang ampuh untuk mendorong perubahan sosial yang positif di Indonesia.
 "Studying up" untuk proses advokasi.
"Studying up" dalam konteks advokasi mengacu pada proses mendalam untuk memahami secara mendalam struktur kekuasaan, sistem, dan kebijakan yang relevan dengan isu yang akan kita advokasi. Ini berbeda dengan "studying down", yaitu mempelajari tentang kelompok yang kita advokasi. Dengan "studying up", kita berusaha memahami mengapa masalah sosial tertentu terjadi, siapa yang berkepentingan, dan bagaimana sistem bekerja untuk mempertahankan status quo.
Mengapa "Studying Up" Penting dalam Advokasi?
Mengidentifikasi Akar Masalah: Dengan memahami sistem, kita dapat mengidentifikasi akar masalah yang lebih dalam, bukan hanya gejala permukaan.
Membangun Strategi yang Efektif: Pemahaman yang mendalam tentang struktur kekuasaan memungkinkan kita merancang strategi advokasi yang tepat sasaran dan berkelanjutan.
Menemukan Sekutu yang Tepat: Kita dapat mengidentifikasi pihak-pihak yang memiliki kepentingan yang sama dan dapat menjadi sekutu dalam perjuangan kita.
Mengantisipasi Hambatan: Dengan memahami dinamika kekuasaan, kita dapat mengantisipasi hambatan yang mungkin muncul dan mengembangkan strategi untuk mengatasinya.
Langkah-langkah "Studying Up"
Identifikasi Isu: Tentukan isu spesifik yang ingin Anda advokasi.
Petakan Aktor: Identifikasi semua aktor yang terlibat dalam isu tersebut, termasuk pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, perusahaan, dan kelompok masyarakat.
Analisis Kebijakan: Pelajari kebijakan-kebijakan yang relevan dengan isu tersebut, baik di tingkat nasional maupun lokal.
Pahami Struktur Kekuasaan: Analisis bagaimana kekuasaan didistribusikan dalam sistem yang ada. Siapa yang memiliki otoritas untuk membuat keputusan? Bagaimana keputusan-keputusan tersebut diambil?
Identifikasi Norma dan Nilai: Pahami norma-norma dan nilai-nilai yang mendasari sistem yang ada.
Cari Informasi: Gunakan berbagai sumber informasi, seperti laporan penelitian, data statistik, media massa, dan wawancara dengan para ahli.
Contoh "Studying Up" dalam Advokasi
Misalnya, jika Anda ingin mengadvokasi peningkatan akses terhadap air bersih di suatu desa, Anda perlu:
Mempelajari kebijakan pemerintah: Tentang alokasi anggaran untuk infrastruktur air bersih, regulasi terkait pengelolaan sumber daya air, dan peran pemerintah daerah dalam penyediaan air bersih.
Memahami struktur kekuasaan: Siapa yang memiliki wewenang dalam pengambilan keputusan terkait proyek air bersih di desa tersebut? Bagaimana proses penganggaran dan pelaksanaan proyek tersebut?
Menganalisis kepentingan: Siapa saja yang memiliki kepentingan dalam isu ini? Pemerintah, perusahaan air, masyarakat desa, kelompok advokasi, dll.
Mengidentifikasi hambatan: Apa saja hambatan yang menyebabkan akses terhadap air bersih terbatas? Kurangnya anggaran, korupsi, kurangnya partisipasi masyarakat, dll
"Studying up" adalah langkah awal yang sangat penting dalam proses advokasi. Dengan memahami sistem yang ada, kita dapat merancang strategi yang lebih efektif untuk mencapai perubahan sosial yang kita inginkan.
 "studying up" dan memastikan bahwa hasil penelitiannya dapat diakses oleh masyarakat luas. Beberapa peran yang bisa dilakukan adalah:
Memberikan fasilitas penelitian: Menyediakan fasilitas penelitian yang memadai, seperti perpustakaan, laboratorium, dan jaringan kerjasama dengan lembaga lain.
Mendukung pengembangan metodologi: Memfasilitasi pengembangan metodologi penelitian yang sesuai untuk "studying up".
Membina jaringan peneliti: Membangun jaringan peneliti yang kuat dan kolaboratif.
Memublikasikan hasil penelitian: Memfasilitasi publikasi hasil penelitian melalui jurnal ilmiah, konferensi, dan media massa.
Menyelenggarakan kegiatan sosialisasi: Menyelenggarakan seminar, lokakarya, dan kegiatan lain untuk mensosialisasikan hasil penelitian kepada masyarakat luas.
Penelitian "studying up" memiliki potensi besar untuk memberikan kontribusi yang signifikan bagi pemahaman kita tentang dinamika kekuasaan dan ketidaksetaraan di Indonesia. Namun, penelitian ini juga dihadapkan pada berbagai tantangan, terutama terkait dengan etika dan akses. Dengan dukungan dari lembaga pendidikan tinggi dan komitmen dari para peneliti, penelitian "studying up" dapat menjadi alat yang ampuh untuk mendorong perubahan sosial yang positif di Indonesia.
 "Studying up" untuk proses advokasi.
"Studying up" dalam konteks advokasi mengacu pada proses mendalam untuk memahami secara mendalam struktur kekuasaan, sistem, dan kebijakan yang relevan dengan isu yang akan kita advokasi. Ini berbeda dengan "studying down", yaitu mempelajari tentang kelompok yang kita advokasi. Dengan "studying up", kita berusaha memahami mengapa masalah sosial tertentu terjadi, siapa yang berkepentingan, dan bagaimana sistem bekerja untuk mempertahankan status quo.
Mengapa "Studying Up" Penting dalam Advokasi?
Mengidentifikasi Akar Masalah: Dengan memahami sistem, kita dapat mengidentifikasi akar masalah yang lebih dalam, bukan hanya gejala permukaan.
Membangun Strategi yang Efektif: Pemahaman yang mendalam tentang struktur kekuasaan memungkinkan kita merancang strategi advokasi yang tepat sasaran dan berkelanjutan.
Menemukan Sekutu yang Tepat: Kita dapat mengidentifikasi pihak-pihak yang memiliki kepentingan yang sama dan dapat menjadi sekutu dalam perjuangan kita.
Mengantisipasi Hambatan: Dengan memahami dinamika kekuasaan, kita dapat mengantisipasi hambatan yang mungkin muncul dan mengembangkan strategi untuk mengatasinya.
Langkah-langkah "Studying Up"
Identifikasi Isu: Tentukan isu spesifik yang ingin Anda advokasi.
Petakan Aktor: Identifikasi semua aktor yang terlibat dalam isu tersebut, termasuk pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, perusahaan, dan kelompok masyarakat.
Analisis Kebijakan: Pelajari kebijakan-kebijakan yang relevan dengan isu tersebut, baik di tingkat nasional maupun lokal.
Pahami Struktur Kekuasaan: Analisis bagaimana kekuasaan didistribusikan dalam sistem yang ada. Siapa yang memiliki otoritas untuk membuat keputusan? Bagaimana keputusan-keputusan tersebut diambil?
Identifikasi Norma dan Nilai: Pahami norma-norma dan nilai-nilai yang mendasari sistem yang ada.
Cari Informasi: Gunakan berbagai sumber informasi, seperti laporan penelitian, data statistik, media massa, dan wawancara dengan para ahli.
Contoh "Studying Up" dalam Advokasi
Misalnya, jika Anda ingin mengadvokasi peningkatan akses terhadap air bersih di suatu desa, Anda perlu:
Mempelajari kebijakan pemerintah: Tentang alokasi anggaran untuk infrastruktur air bersih, regulasi terkait pengelolaan sumber daya air, dan peran pemerintah daerah dalam penyediaan air bersih.
Memahami struktur kekuasaan: Siapa yang memiliki wewenang dalam pengambilan keputusan terkait proyek air bersih di desa tersebut? Bagaimana proses penganggaran dan pelaksanaan proyek tersebut?
Menganalisis kepentingan: Siapa saja yang memiliki kepentingan dalam isu ini? Pemerintah, perusahaan air, masyarakat desa, kelompok advokasi, dll.
Mengidentifikasi hambatan: Apa saja hambatan yang menyebabkan akses terhadap air bersih terbatas? Kurangnya anggaran, korupsi, kurangnya partisipasi masyarakat, dll
"Studying up" adalah langkah awal yang sangat penting dalam proses advokasi. Dengan memahami sistem yang ada, kita dapat merancang strategi yang lebih efektif untuk mencapai perubahan sosial yang kita inginkan.
Contoh Kasus Advokasi yang Sukses karena Menerapkan "Studying Up"
Salah satu contoh kasus advokasi yang sukses karena menerapkan "studying up" dalam  perlu membuat studi mendalam tentang:
Landasan hukum: Mereka menganalisis undang-undang yang mengatur hukuman mati, yurisprudensi, dan perjanjian internasional yang telah diratifikasi oleh Indonesia.
Praktik pelaksanaan: Mereka melakukan penelitian tentang bagaimana hukuman mati dilaksanakan di Indonesia, termasuk prosedur, jenis eksekusi, dan dampaknya terhadap narapidana dan keluarga mereka.
Opini publik: Mereka melakukan survei opini publik untuk mengetahui pandangan masyarakat tentang hukuman mati.
Argumen kontra: Mereka mempelajari argumen yang mendukung hukuman mati dan menyiapkan kontra-argumen yang kuat.
Manfaatkan teknologi: Gunakan alat-alat digital seperti mesin pencari, basis data, dan perangkat lunak analisis data untuk mempermudah proses pengumpulan dan analisis informasi.
Jalin kerjasama: Bekerja sama dengan para ahli, peneliti, dan organisasi lain yang memiliki keahlian di bidang yang relevan.
Tetap kritis: Jangan hanya menerima informasi begitu saja, tetapi selalu lakukan verifikasi dan analisis secara kritis.
Fokus pada akar masalah: Jangan hanya melihat gejala permukaan, tetapi cobalah untuk mengidentifikasi akar penyebab masalah.
Prinsipnya, studying up untuk proses advokasi membutuhkan dedikasi dan semangat yang tinggi
Semoga bermanfaat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H