"Kau mau tahu ending ceritanya?"Â tanyanya menawarkan.
Aku lantas menggeleng. Tak ingin diberi bocoran terkait buku yang sudah ku baca sejak tahun lalu. Dan tak kunjung ku selesaikan.
"Baiklah kalau begitu. Memang seharusnya seperti itu. Kita tidak usah tahu ending cerita kehidupan kita seperti apa,"Â jelasnya.
Dugaanku salah. Nampaknya penumpang ini hanyalah tukang ngibul yang jago merangkai kata. Ia begitu getol dan niat menarik perhatianku dengan kalimat mutiara yang dapat aku temukan dengan mudah di Mbah Google.
Mood membaca hilang. Ku biarkan halaman buku yang terbuka membaca raut wajahku yang sedang jengkel karena harus bersebelahan dengan penumpang so bijak.
"Kenapa tidak dilanjutkan membacanya? Berubah pikiran ya? Mau tahu endingnya saja?"Â tanyanya lagi.
Aku tetap tak menghiraukannya. Seolah sedang asyik mendengarkan lantunan musik. Padahal tidak ada lagu yang diputar.
"Jangan pura-pura mendengarkan lagu. Kau bukan pemain peran yang cerdik. Bukannya, kamu tidak suka mendengarkan lagu?" timpalnya lagi.
Kali ini, aku benar-benar tidak bisa mendiamkannya. Perempuan itu benar-benar mengusik kesunyianku.
Langkah selanjutnya adalah menanggapi penumpang itu dengan obrolan ketus. Biarkan aku membungkam dirinya dengan jawaban tidak mengenakan.
"Kata siapa saya tidak suka mendengarkan lagu? Baru pertama bertemu kok Ibu sudah so tau ya?" jawabku ketus.