Mohon tunggu...
Siska Fajarrany
Siska Fajarrany Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer, Writer

Suka menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Nasihat Ibu Peri di Kereta Api

19 April 2024   07:00 Diperbarui: 19 April 2024   07:08 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepengalamanku, banyak orang random yang mengajak berbincang dengan isu sensitif. Mulai dari obrolan seputar kehidupan pribadi, sampai keputusan pemilihan partai politik. Alih-alih basa-basi, malah bikin jengkel sepanjang perjalanan.

Sejauh ini tidak ada tanda-tanda bangku di sebelahku akan terisi. Kereta api sudah singgah di beberapa stasiun besar.

Tiba-tiba, muncul sosok perempuan paruh baya yang berjalan tergesa-gesa. Aku tidak tahu persis datangnya dari mana. Toh kereta api sudah berjalan lebih dari setengah jam dari stasiun sebelumnya.

Pikirku mungkin perempuan itu salah masuk gerbong. Lalu tersadar karena diingatkan petugas dan segera mencari bangku yang sudah ia pesan.

Perempuan itu berbadan gempal. Memakai hijab merah dengan balutan busana muslim yang senada. Barang bawaannya cukup banyak. Terlihat kesulitan untuk menyimpan barang-barangnya.

Ku biarkan ia sendirian. Memasang wajah ketus agar tidak disapa. Memasang pengeras suara ke telinga. Sembari membuka halaman buku dengan asal.

Trik ini hanya ampuh di menit pertama saja. Lambat laun, perempuan itu mengintip halaman bacaanku. Berharap menemukan obrolan pembuka lewat buku itu.

"Bukunya bagus," katanya membuka obrolan.

Aku terdiam. Berusaha mengabaikan agar terlihat sebagai sosok yang extrovert.

"Buku itu berkisah tentang perempuan yang tidak percaya kepada dongeng. Lebih tepatnya membenci dongeng tentang kisah ibu peri yang dapat mengabulkan semua permintaan," tambahnya lagi terperinci.

Aku mengerucutkan dahi. Ternyata penumpang di sampingku bukan penumpang biasa. Pengetahuan literasinya cukup baik. Mungkin dia seorang Dosen Sastra, peneliti, atau mungkin sastrawan lokal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun