Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jodoh untuk Surti

4 Mei 2023   13:41 Diperbarui: 4 Mei 2023   13:49 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar: https://www.hipwee.com

"Iya, bu. Nanti Surti nyusul. Sebentar, baru berganti baju,"

Kembara pikiran Surti berlanjut. Ia hanya beralasan, untuk melanjutkan apa yang ada di kenangan pikirannya.

"Mas Bayu, apa kabarnya hari ini? Apakah ia ingat padaku? Aku rasa tidak. Mana mau ia ingat padaku, sedangkan aku bukan siapa-siapa buat dia. Hem."

Surti menarik nafas panjang. Sepertinya, ingatan kenangan akan berseri dan memanjang. 

"Jika bukan karena ibu memanggilku untuk pulang, aku tak akan sampai ke rumah ini kembali hanya untuk serpihan kenangan yang tak bermuara."


***


Suara angin sepoi, mengiringi langkah kaki Surti. Di sampingnya, seorang laki-laki matang, tampak harmonis saat berjalan. Hening, tanpa ada suara. Masing-masing berada dalam pikirannya sendiri.

Tiba-tiba suara pelan memecah keheningan.
"Maafkan aku tak bisa meneruskannya, Dik,"

"Kenapa? Bukankah kamu sudah berjanji padaku?"

"Tetapi ini menyangkut baktiku pada ibu,"

Sudah bisa ditebak, bahwa laki-laki matang itu tidak ingin terikat apapun dengan Surti. Tetapi ia tak mau memaksakan kehendak. Bukankah cinta tidak bisa dipaksakan? Misalnya ia memaksa, harga dirinya sebagai perempuan tidak bisa menerima. Apa jadinya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun