Mohon tunggu...
sisca wiryawan
sisca wiryawan Mohon Tunggu... Freelancer - A freelancer

just ordinary person

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tolong, Jangan Tangkap Dia!

19 Oktober 2024   23:08 Diperbarui: 19 Oktober 2024   23:18 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            "Kau bohong! Kau mabuk, kan?"

            "Aku hanya minum sedikit tuak untuk menghangatkan tubuh. Kebetulan kerabat datang mengunjungiku. Jadi, terpaksalah aku menemaninya minum."

            "Banyak alasan! Seharusnya, kau tak menyetir. Kau membahayakan nyawa pemakai jalan lainnya. Termasuk gadis yang bersamamu," ujar Eko.

            Fahmi menelan air liurnya. Ini tak akan mudah. Ia pun memohon, "Maafkan aku, Pak. Aku tak merasa mabuk. Tapi, aku mengaku salah. Aku tak akan mengulanginya lagi."

            "Mudah benar kau mengucapkan kata maaf. Kau dan gadis itu komplotan, ya? Apa yang kalian lakukan di tepi jalan tol? Apa ada anggota komplotan lainnya?"

            "Demi Tuhan, aku tak berbohong. Sebentar akan kubuktikan sesuatu," ujar Fahmi. Ia berlari ke mobil. Dari dalam lipatan jok mobil belakang, ia mengambil suatu dokumen dan emblem. Kemudian, ia kembali menghadap kedua polisi tersebut dan memberikannya. Kedua polisi tersebut memeriksa dokumen dan emblem tersebut dengan teliti hingga kening mereka berkerut.

"Jika Bapak tetap tak percaya, tangkap aku saja. Tapi, lepaskan Kia. Tolong, jangan tangkap dia! Ia tak bersalah apa pun. Apa yang harus kukatakan pada Mamak-nya jika kalian menahan Kia di kantor polisi? Baru saja aku berjanji pada Mamak untuk menjaganya. Masa baru sejam aku sudah ingkar janji? Tangkap aku saja, Pak!" Pinta Fahmi dengan lantang. Kedua tangannya bergerak tak keruan karena gugup.

            Kia menatap kekasihnya yang kelabakan dari jendela kaca mobil yang ia buka setengahnya. Ia merengut ketika sang kekasih bertingkah sebagai pahlawan penuh pengorbanan. Fahmi jelek! Aku kan tak bisa menyetir mobil. Bagaimana aku pulang? Aku bukan pengecut yang akan melarikan diri ketika kau mengalami kesulitan. Lebih baik aku juga ditahan bersamamu. Lagipula aku takut jika ditinggalkan sendirian di jalan tol yang lengang ini... Bagaimana jika ada penjahat ataupun hantu? Hiiiy!

Kia pun memutuskan untuk ikut campur dan berkata, "Pak, maafkan kami berdua! Kami hanya sedang pacaran, bukan pengedar ataupun pemakai narkoba." Dengan tenang, ia melompat turun dari mobil. Lalu, ia menghampiri Fahmi dan kedua polisi tersebut.

            "Aduh, kau ini bagaimana? Bahaya! Kia, kembalilah ke mobil! Anak ini selalu saja bertindak semaunya," ujar Fahmi. Ia mengacau rambut cepaknya dengan panik.

            "Silakan Bapak memeriksa mobil kami! Hanya ada bekal roti dan minuman susu," kata Kia. Dengan polos ia menambahkan, "Kita juga bisa makan dan minum bersama, Pak."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun