Lagedazy, boneka antik dari porselen tersebut laku terjual dalam lelang barang antik dengan harga fantastis, yaitu 300 juta Rupiah. Pembelinya, Tasia Andalina, sang aktris terkenal, tidak mempedulikan kisah berdarah spirit doll tersebut. Sudah 10 pemilik Lagedazy ditemukan meninggal dunia dengan Lagedazy berada dalam pelukan atau genggaman tangan mereka. Tidak ditemukan adanya tanda penyakit ataupun gigitan hewan buas pada tubuh mereka. Seluruh korban ditemukan dalam mimik wajah yang bahagia dan damai sehingga diputuskan meninggalnya mereka karena sebab-sebab alami yang tidak dapat dijelaskan dengan pengetahuan medis yang ada saat tersebut.
"Tasia, Anda tidak takut dengan isu Lagedazy memiliki arwah gelap yang bisa mengambil roh sang pemilik dan membunuhnya?" Tanya seorang wartawan muda berkacamata. Rekannya yang bersweater krem sibuk memfoto Tasia dengan Lagedazy.
"Benar, apakah Anda tidak khawatir dengan nyawa Anda? Apalagi sekarang ini Anda sedang berada dalam puncak kesuksesan karir. Film terakhir Anda "Poison Love" yang disutradarai suami Anda sendiri menjadi box office selama 3 bulan penayangan di bioskop. Bahkan, film tersebut akan ditayangkan di luar negeri," kata wartawan lain dengan suara nyaring.
"Ah, kalian ini terlalu berlebihan. Kalian tahu sendiri aku hidup sendiri bersama suamiku. Kami tak bisa mempunyai anak. Satu-satunya hiburanku mengkoleksi spirit doll yang kuanggap anakku sendiri," sahut Tasia dengan sendu.
"Apakah benar Anda memiliki 1.000 spirit doll? Bagaimana jika roh-roh di dalam boneka-boneka tersebut bersatu dan menyerang Anda?" Tanya si wartawan muda.
Tasia terkekeh, "Itu hanya gossip. Aku hanya memiliki Lagedazy dan 4 spirit doll cantik lainnya. Tidak ada roh jahat di dalam spirit doll-ku. Mereka hanya benda mati. Aku hanya senang mengkoleksi mereka karena nilai seni dan kecantikan desainnya. Spirit dollku kuanggap sebagai healer, penenang jiwa."
"Tapi..."
"Maaf, aku sudah harus berangkat ke lokasi syuting iklan. Terima kasih banyak interview-nya," kata Tasia sembari tersenyum manis. Ia bergegas masuk ke dalam mobil yang disetir oleh Nina, manajernya.
"Untuk apa kau membeli spirit doll yang mahal seperti itu?" Tanya Nina sembari melirik benci pada Lagedazy.
Tasia menghela napas. Lalu berkata, "Kau ini sama saja seperti para wartawan itu. Aku ini seorang aktris yang menyukai keindahan. Kebetulan Lagedazy sangat sesuai dengan kriteriaku akan seni kecantikan. Lihatlah porselennya yang begitu halus. Lekuk wajah Eropa-nya yang begitu sempurna. Bahkan, rambut pirang ikalnya pun begitu halus. Persis seperti rambut manusia!"
"Hiiiy, jangan berkata seperti itu. Aku jadi merinding. Jangan-jangan rambutnya bukan sintetik, tapi asli rambut manusia!"
Tasia tertawa riang, "Memangnya mengapa jika rambut manusia?"
"Pertanyaanmu konyol. Jika itu rambut manusia, berarti itu rambut orang mati. Nanti roh pemilik rambut tersebut akan menghantuimu," kata Nina sembari mengusap keringat dingin yang tiba-tiba muncul di dahinya. Entah mengapa Nina merasa sangat takut pada Lagedazy. Padahal Nina biasanya tidak mudah takut dengan isu mistis. Ada sesuatu yang mengerikan pada senyum ganjil di wajah porselen yang halus tersebut. Tapi, Nina mengakui tidak mudah meyakinkan Tasia yang tergila-gila pada hobbynya. Sudah berapa kali Nina menyarankan agar Tasia mengadopsi anak saja dibandingkan mengkoleksi spirit doll antik yang harganya selangit. Tapi, Tasia selalu mengelak. Ia berkata bahwa ia masih merasa belum siap untuk merawat anak.
***
Tasia bersenandung sembari mengatur kelima spirit doll antik dalam formasi bintang sesuai dengan yang diajarkan Madame Gaby, guru spiritualnya. Di setiap sisi spirit doll, Tasia meletakkan lilin kecil. Ia sendiri akan duduk di tengah formasi dan merapalkan mantera khusus yang telah diajarkan Madame Gaby. Tasia ingin memiliki anak kandungnya sendiri, hasil buah cintanya dengan Adam, suaminya. Tasia sangat takut bahwa suatu saat Adam yang tampan akan meninggalkannya karena Tasia mandul. Ia harus segera melakukan ritual ini karena malam ini merupakan malam bulan purnama. Kebetulan, malam ini Adam pergi dinas luar kota. Pembelian spirit doll antik ini juga merupakan saran dari Madame Gaby yang populer dengan kemampuan mistisnya.
Bibir halus Tasia berkomat-kamit. Matanya tertutup pertanda ia sedang fokus. Tiba-tiba ia merasa ada sesuatu yang ganjil sehingga ia membuka mata dan terbelalak...
Kelima boneka tersebut berdiri menghampirinya. Mata dingin mereka berkilat tajam. Mereka bergerak mengelilingi Tasia. Â Tangan-tangan kecil itu teracung ke depan seolah hendak mencekik dirinya. Tasia menjerit sekeras mungkin. Kemudian, ia jatuh tak sadarkan diri.
***
Keesokan harinya, Tasia bangun dari ranjang yang berada di ruang tidurnya. Ia merasa janggal karena seingat dirinya, semalam ia pingsan di ruang keluarga, tepatnya di atas lantai bersama dengan lilin dan kelima spirit doll-nya. Ia segera berlari dan membuka pintu menuju ruang keluarga.
Tasia memandang nanar lantai kosong yang seharusnya berantakan dengan spirit doll dan lilin. Kemudian, ia menatap tak percaya pada lemari kaca yang terletak di samping sofa hijau. Kelima spirit doll-nya duduk dengan manis. Rupanya, ia sudah gila atau berhalusinasi. Tapi, kemarin itu terasa nyata. Apakah ada orang yang membereskan ritual semalam? Tapi, sejak kemarin asisten rumah tangganya cuti.
Tasia memutuskan untuk menelepon Nina, manajernya. Mungkin Nina tiba-tiba datang semalam dan membantu Tasia yang pingsan.
"Hallo, Nin. Apakah kamu datang ke rumahku kemarin malam?" Tanya Tasia. "Tidak? Okay, tidak apa-apa. Aku hanya penasaran saja. Mungkin aku bermimpi kau datang kemarin malam. Tidak, aku tidak demam. Tidak, kau tidak perlu datang ke sini. Aku baik-baik saja. Nikmati saja liburan weekend-mu. Ya, nanti kau akan segera kutelepon jika aku sakit."
Tasia menutup sambungan teleponnya dengan gontai. Sebaiknya, Tasia berenang untuk menjernihkan pikiran.
***
Ah, segarnya. Seharusnya, aku lebih sering berenang di kolam renang rumah. Nyaman sekali merasakan riak air yang menyentuh seluruh tubuh. Mood Tasia berubah menjadi lebih baik. Ia berenang 10 kali keliling kolam renang. Ketika Tasia hendak naik ke tangga kolam renang, ada sesuatu yang menahan kakinya. Tasia merasa kakinya tersangkut sesuatu sehingga ia menatap ke arah kakinya yang berada di dalam air dan memicingkan mata. Apakah itu? Ada sesuatu bayangan benda yang berada di dalam air. Seingat Tasia, tidak ada cekungan di dasar kolam renang yang rata ini. Tasia bergidik, jangan-jangan ular!
Tasia menghentakkan kaki agar dirinya terlepas dari sesuatu yang aneh itu. Tapi, sesuatu tersebut tidak juga melepaskan dirinya sehingga Tasia terpaksa menyelam dan berusaha membebaskan kakinya dengan merenggut sesuatu yang aneh itu. Kaki Tasia berhasil lepas dan Tasia kembali ke atas permukaan air untuk menghirup oksigen. Tapi, sesuatu yang aneh itu kembali mencengkeram tubuh Tasia ke dasar kolam.
Mata bertatapan dengan mata. Mata Tasia yang terkejut bertatapan dengan sepasang mata kristal.Satu nama tertera dalam pikiran Tasia. LAGEDAZY. Rambut pirangnya yang ikal menjadi lurus karena basah terkena air. Senyum puas Lagedazy di bibir mati itu terlihat ganjil. Apakah ini dejavu? Tasia teringat pengalaman anehnya kemarin. Dan sekarang? Apakah ini halusinasinya Tasia lagi? Tapi, semuanya terasa nyata. Air yang dingin memacu adrenalin Tasia, terasa begitu nyata. Cengkeraman Lagedazy yang kuat, terasa nyata di leher Tasia hingga ia sulit bernapas. Dan Lagedazy, sang spirit doll yang merupakan benda mati, terasa begitu nyata dan hidup.
Tasia berhenti berpikir. Ia merasa pandangannya mulai kabur. Dan semuanya menjadi gelap...
***
"TASIA, TASIA...BANGUNLAH!" Seru Adam dengan panik. Mata Adam yang cokelat hangat dan rambut hitam yang basah menjadi pemandangan pertama yang ditatap Tasia saat ia tersadar. "Syukurlah, kau sadar juga. Aku sangat khawatir."
Tasia menoleh ketika merasa tangannya digenggam seseorang, yaitu Nina. Mata Nina penuh dengan air mata. Kemudian, ia berkata, "Tasia, apa yang terjadi? Kau sangat pandai berenang. Tapi, kami menemukanmu hampir tenggelam."
"La...lagedazy," sahut Tasia dengan lemah.
Tangis Nina pecah. "Ya ampun, Tasia. Kau ini hampir mati, tapi kau masih mengingat boneka jelek itu?"
"Kau tak mengerti, Nina. Aku melihat Lagedazy hidup. Ia berada di dalam kolam renang dan hendak membunuhku."
"Omong kosong macam apa yang kudengar ini," kata Adam dengan jengkel. "Mana mungkin boneka itu hidup. Apa kau minum alkohol sebelum berenang?"
"Kalian tak mengerti. Sudah dua kali Lagedazy berusaha membunuhku. Kau benar Nina. Tolong singkirkan Lagedazy."
Adam beranjak meninggalkan mereka berdua di tepi kolam renang. Ia kembali dengan membawa Lagedazy yang cantik dan kering. Rambut pirangnya bersinar ditimpa cahaya mentari. Gaun satin berendanya terlihat licin, tanpa kerut sedikit pun. Tanpa berkata apa-apa, Adam memberikan Lagedazy di atas jemari Tasia dan mempelajari reaksi Tasia.
Tasia tercengang. Rupanya, ia berhalusinasi. Tidak ada yang salah dengan Lagedazy. Ia secantik mawar sintetis dan sepadam lilin yang mati. Tidak ada zat kehidupan dalam dirinya yang kaku.
***
Sejak kejadian ganjil tersebut, hidup Tasia tak pernah sama lagi. Ia melakukan rutinitasnya seperti biasa. Ia jogging, senam, pergi merawat diri ke salon kecantikan, syuting, dll. Tasia sudah diperiksa oleh seorang psikolog dan dinyatakan normal. Mungkin Tasia hanya kelelahan. Tapi, Tasia tetap merasa ada sesuatu yang salah pada otaknya. Misalnya, kejadian ganjil pagi ini.
Tasia membuka mata di pagi yang cerah. Ia terperanjat dan menjerit karena Lagedazy tidur di sebelahnya.
"Tasia, mengapa kau menjerit?"
"Mengapa Lagedazy ada di sampingku?"
"Kemarin malam kau sendiri yang berkata bahwa kau ingin melawan halusinasi dan ketakutanmu dengan tidur bersama Lagedazy di antara kita."
Tasia terdiam dan bergumam, "Oh, begitu. Aku tak ingat."
"Sudahlah, Sayang. Kau bahagiakan dirimu dengan berpikir hal-hal yang menyenangkan saja," kata Adam sembari mencium kening Tasia. "Aku berangkat dulu ke kantor, ya. Di dapur ada Nina yang sedang menyiapkan sarapan untukmu."
Tasia mengangguk.
***
Tasia merasa sangat pusing ketika ia bangun di tengah malam. Ia meraba sebelah kasurnya yang licin. Ternyata Adam tidak ada. Ia menggapai kenop lampu duduk yang terletak di atas meja kecil di samping tempat tidurnya. Dalam sekejap ruang tidur Tasia terang-benderang.
Tasia terperanjat. Ia baru menyadari Lagedazy ada di atas pangkuannya. Sementara 4 spirit doll lainnya duduk mengelilingi mereka berdua. Mereka semua bersenandung lirih, "Saat kematianmu sudah dekat...Tasiaaa...Tasiaaa..."
Tasia tak tahan lagi. Ia menangis dan menghambur keluar ruang tidur. Tapi, kelima spirit doll tersebut terus mengejarnya. Satu langkah yang salah dan Tasia jatuh terguling dari atas tangga hingga ke lantai bawah. Di puncak tangga terlihat sosok-sosok kecil yang berbaris rapi dengan senyum terkulum di wajah-wajah yang tak manusiawi. Â Mereka cantik dan abadi. Itulah ingatan terakhir Tasia sebelum ia menutup mata dan menghembuskan napasnya yang terakhir.
***
"Indahnya hidup ini. Aku tak menyangka siasatmu dengan obat halusinasi tersebut berhasil," kata Adam dengan antusias. Ia mencium puncak kepala Nina dengan penuh kasih sayang. "Sebenarnya, racun apa yang kau berikan hingga tak seorang pun bisa mendeteksinya?"
"Bisa ular yang menyebabkan efek halusinasi. Aku berikan sedikit demi sedikit dalam minuman espressonya agar tidak ada yang curiga. Kemudian, aku tambahkan pemicunya, yaitu spirit doll yang kuletakkkan di saat-saat tertentu sehingga Tasia merasa sangat takut."
Adam terkekeh, "Kok bisa ya aku jatuh cinta setengah mati dengan kau yang jahat ini?"
"Jangan menggodaku. Kau sendiri juga sama jahatnya denganku. Kau senang kan akhirnya kau bisa membalaskan dendam adik perempuanmu yang mati bunuh diri saat duduk di bangku SMP karena dibully Tasia?"
"Ya, aku puas sekali. Aku sangat sayang pada Vio."
Nina membuka lemari dan memeluk Lagedazy. "Akhirnya, semuanya milikku. Kau, harta peninggalan Tasia, dan bahkan, boneka jelek ini. Tapi, sejelek-jeleknya boneka tua ini, mereka sudah berjasa melancarkan strategi kita."
Tanpa sadar Nina memeluk Lagedazy lebih erat. Bahkan, ia mencium pipi Lagedazy yang dingin. Tiba-tiba ia mengaduh.
"Mengapa?"
Nina meringis kesakitan. "Tidak tahu. Mungkin nyamuk menggigit pipiku." Ia kemudian meletakkan Lagedazy di atas meja dan menghampiri Adam. "Sayang, kapan kita akan menikah?"
"Bagaimana jika bulan depan?"
Nina memeluk erat pangeran pujaannya. Kemudian, ia mati dengan senyum bahagia di bibirnya. Â
***
Adam tak pernah percaya dengan takhayul. Tapi, kematian Nina membuatnya sadar ada sesuatu yang misterius dengan Lagedazy. Nina, kekasih yang sangat ia cintai, mati sia-sia dengan seulas senyum bahagia di bibirnya. Ia membuka gaun Lagedazy dengan kasar hingga terlihat tubuh porselennya yang berkilau.
Jemari Adam meraba setiap inci tubuh Lagedazy. Ada area yang agak menonjol di punggung Lagedazy. Tiba-tiba ada kucing hitam yang masuk melalui jendela ruang keluarga yang terbuka dan menabrak kaki Adam. Tanpa sengaja Adam menekan kenop kecil di punggung Lagedazy.
"Aduh," pekik Adam yang tak bisa menghindar dari jarum kecil yang keluar dari bibir Lagedazy. Terlambat, jarum itu pasti berbisa dan efeknya langsung terasa dalam beberapa menit. Adam tak bisa menghindar dari Sang Nemesis.
Seringai aneh tampak di wajah puas Lagedazy. Ia digenggam erat oleh Adam yang bermimik takut dan terperanjat. Baru kali ini korban Lagedazy tidak tersenyum bahagia.
____
Dear Pembaca,Â
Ada yang mau mengadopsi Lagedazy?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H