Adam terkekeh, "Kok bisa ya aku jatuh cinta setengah mati dengan kau yang jahat ini?"
"Jangan menggodaku. Kau sendiri juga sama jahatnya denganku. Kau senang kan akhirnya kau bisa membalaskan dendam adik perempuanmu yang mati bunuh diri saat duduk di bangku SMP karena dibully Tasia?"
"Ya, aku puas sekali. Aku sangat sayang pada Vio."
Nina membuka lemari dan memeluk Lagedazy. "Akhirnya, semuanya milikku. Kau, harta peninggalan Tasia, dan bahkan, boneka jelek ini. Tapi, sejelek-jeleknya boneka tua ini, mereka sudah berjasa melancarkan strategi kita."
Tanpa sadar Nina memeluk Lagedazy lebih erat. Bahkan, ia mencium pipi Lagedazy yang dingin. Tiba-tiba ia mengaduh.
"Mengapa?"
Nina meringis kesakitan. "Tidak tahu. Mungkin nyamuk menggigit pipiku." Ia kemudian meletakkan Lagedazy di atas meja dan menghampiri Adam. "Sayang, kapan kita akan menikah?"
"Bagaimana jika bulan depan?"
Nina memeluk erat pangeran pujaannya. Kemudian, ia mati dengan senyum bahagia di bibirnya. Â
***
Adam tak pernah percaya dengan takhayul. Tapi, kematian Nina membuatnya sadar ada sesuatu yang misterius dengan Lagedazy. Nina, kekasih yang sangat ia cintai, mati sia-sia dengan seulas senyum bahagia di bibirnya. Ia membuka gaun Lagedazy dengan kasar hingga terlihat tubuh porselennya yang berkilau.