"Hiiiy, jangan berkata seperti itu. Aku jadi merinding. Jangan-jangan rambutnya bukan sintetik, tapi asli rambut manusia!"
Tasia tertawa riang, "Memangnya mengapa jika rambut manusia?"
"Pertanyaanmu konyol. Jika itu rambut manusia, berarti itu rambut orang mati. Nanti roh pemilik rambut tersebut akan menghantuimu," kata Nina sembari mengusap keringat dingin yang tiba-tiba muncul di dahinya. Entah mengapa Nina merasa sangat takut pada Lagedazy. Padahal Nina biasanya tidak mudah takut dengan isu mistis. Ada sesuatu yang mengerikan pada senyum ganjil di wajah porselen yang halus tersebut. Tapi, Nina mengakui tidak mudah meyakinkan Tasia yang tergila-gila pada hobbynya. Sudah berapa kali Nina menyarankan agar Tasia mengadopsi anak saja dibandingkan mengkoleksi spirit doll antik yang harganya selangit. Tapi, Tasia selalu mengelak. Ia berkata bahwa ia masih merasa belum siap untuk merawat anak.
***
Tasia bersenandung sembari mengatur kelima spirit doll antik dalam formasi bintang sesuai dengan yang diajarkan Madame Gaby, guru spiritualnya. Di setiap sisi spirit doll, Tasia meletakkan lilin kecil. Ia sendiri akan duduk di tengah formasi dan merapalkan mantera khusus yang telah diajarkan Madame Gaby. Tasia ingin memiliki anak kandungnya sendiri, hasil buah cintanya dengan Adam, suaminya. Tasia sangat takut bahwa suatu saat Adam yang tampan akan meninggalkannya karena Tasia mandul. Ia harus segera melakukan ritual ini karena malam ini merupakan malam bulan purnama. Kebetulan, malam ini Adam pergi dinas luar kota. Pembelian spirit doll antik ini juga merupakan saran dari Madame Gaby yang populer dengan kemampuan mistisnya.
Bibir halus Tasia berkomat-kamit. Matanya tertutup pertanda ia sedang fokus. Tiba-tiba ia merasa ada sesuatu yang ganjil sehingga ia membuka mata dan terbelalak...
Kelima boneka tersebut berdiri menghampirinya. Mata dingin mereka berkilat tajam. Mereka bergerak mengelilingi Tasia. Â Tangan-tangan kecil itu teracung ke depan seolah hendak mencekik dirinya. Tasia menjerit sekeras mungkin. Kemudian, ia jatuh tak sadarkan diri.
***
Keesokan harinya, Tasia bangun dari ranjang yang berada di ruang tidurnya. Ia merasa janggal karena seingat dirinya, semalam ia pingsan di ruang keluarga, tepatnya di atas lantai bersama dengan lilin dan kelima spirit doll-nya. Ia segera berlari dan membuka pintu menuju ruang keluarga.
Tasia memandang nanar lantai kosong yang seharusnya berantakan dengan spirit doll dan lilin. Kemudian, ia menatap tak percaya pada lemari kaca yang terletak di samping sofa hijau. Kelima spirit doll-nya duduk dengan manis. Rupanya, ia sudah gila atau berhalusinasi. Tapi, kemarin itu terasa nyata. Apakah ada orang yang membereskan ritual semalam? Tapi, sejak kemarin asisten rumah tangganya cuti.
Tasia memutuskan untuk menelepon Nina, manajernya. Mungkin Nina tiba-tiba datang semalam dan membantu Tasia yang pingsan.