"Apa salah mereka?" Pandangan yang semula menunduk kini terangkat, gadis itu tertawa keras, hingga lengkingan kini terdengar. Apa dia sudah gila?
"Salah apa? Kamu tidak ingat, atau pura-pura lupa?" Aku hanya mengernyit mendengarnya.
"Setiap hari aku tersiksa, rasanya aku putus asa, sampai aku ingin menghilang dari dunia. Dan kau tanya salah mereka apa?"
"Karena itu kau melakukan hal hina seperti ini?"
"Mereka tak pantas hidup, mereka hanya akan mengotori dunia ini. Tapi ... aku tak sekejam itu, sampai melakukan hal hina yang kau tuduhkan," jeritnya.
"Aku tidak bodoh, pisau di tanganmu itu sudah membuktikan segalanya."
Suara tembakan terdengar bersamaan dengan lampu yang tiba-tiba hidup dan menyorot ke arah kami bertiga.
"Dia datang," ucap Tasya ambigu. Aku hanya mengernyit mendengarnya.
Suara tepuk tangan kini menggema, seseorang dengan topeng yang menutupi wajahnya keluar dari balik kegelapan.
"Drama yang bagus."
"Siapa, kau?" tanyaku.