Mohon tunggu...
Vsiliya Rahma
Vsiliya Rahma Mohon Tunggu... Lainnya - Seseorang yang suka bermain dengan kata (🕊ϚìӀѵìą འ ą հʍ ą ա ą է ì🕊)

Manusia yang tak luput dari dosa dan hina

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pendosa Tak Pantas Hidup

24 November 2020   09:16 Diperbarui: 24 November 2020   09:20 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

***

Aku mengerjap, kepalaku terasa berat. Mata menatap sekeliling, gelap hanya ada kegelapan yang terlihat. Tubuhku terasa sakit, entah apa yang terjadi dan di mana diriku sekarang? Mencoba bangkit mencari sesuatu sebagai penerang, dapat. 

Tepat di atas meja di ujung ruangan sebuah senter dengan cahaya kecil yang menyala terlihat. Kuraih benda itu, tangan bergerak menelusuri setiap sudut mencari jalan keluar.

Aku terdiam, ketika netra menangkap beberapa kertas yang berserakan di lantai. Kuraih salah satu kertas tersebut, aku menyipitkan mata menatap coretan tinta yang menghiasi kertas dalam genggaman.

"Tasya." Pikiranku langsung tertuju pada gadis itu ketika melihat tulisan ini. Kuraih beberapa kertas, menumpuknya dan membacanya satu persatu.

Kedua manusia yang tak memiliki hati, harus menanggung akibatnya.
Mereka harus membayar apa yang mereka lakukan
Kematian terlalu baik untuk mereka

"Tasya, dia ... pembunuhnya." Mataku hampir saja keluar ketika mengetahui fakta itu. Jika memang demikian, berarti Kesi dalam bahaya. Segera kucari pintu keluar, setelah menemukan segera aku keluar dari sana.

Kepala berdenyut, mataku menatap ke sekeliling. Tempat ini sepertinya sudah lama tidak dipijak oleh manusia, terlihat dari rumah laba-laba yang tersebar di setiap sudutnya. Tapi kemana aku harus mencari, di depanku terdapat lima pintu. Di pintu manakah Tasya membawa Kesi?

"Tolong!" Aku terkejut mendengar teriakan itu. Itu suara Kesi, ya aku yakin. Suara itu terdengar dari pintu terakhir dari tempatku berdiri. Kulangkahkan kaki menuju pintu itu. Namun, suara teriakan kembali terdengar dari pintu ketiga. Kuurungkan niatku membuka pintu kelima, melangkah menuju pintu ketiga. Baru saja tanganku ingin menyentuh handle pintu. Suara teriakan meminta tolong kembali terdengar. Kali ini suara itu bukan hanya sekali, tapi berkali-kali, hingga terdengar saling bersahut-sahutan.

Aku melangkah mundur, kedua tangan menutup telinga. Suara teriakan itu begitu memekan telinga, sampai-sampai gendang telingaku terasa hampir pecah saat itu juga.

"Hentikan!" Percuma saja aku berteriak, karena teriakanku kalah dengan suara yang terus saja terdengar bagai alunan musik rock itu. Sepertinya Tasya benar-benar ingin membuatku pusing, dia membuat konsentrasiku pecah. Apa yang harus kulakukan sekarang? Revi berpikirlah!
Kembali kuamati pintu itu satu persatu, tapi dari jarak dekat. Senyum tipis terbit di wajahku ketika aku menemukan jawabannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun