Bahkan pernah mengingatkan langsung kepada Puri, agar sesegera mungkin susuk yang tertanam dalam tubuhnya tersebut dicabut demi kebaikan warga desa dan bagi keselamatan diri Puri sendiri.
Karena Mbah Renggo melihat gelagat kalau Puri tidak kuat, dan susuknya dapat berdampak berbahaya pada keselamatan nyawanya akibat terlalu banyak bersekutu dengan Jin yang bersemayan pada susuk tersebut.
Lewat berbulan-bulan sakit yang diderita Puri tak kunjung sembuh, Puri semakin stress, dan tubuhnya semakin habis, barulah dia menyadari dan menyatakan pada Kakeknya untuk mencabuti berbagai susuk yang ada tertanam di dalam tubuhnya.
Namun, tidaklah mudah mencabuti susuk-susuk tersebut, baru juga daerah kaki hingga pinggang yang dicabuti, Puri sudah kelojotan meraung kesakitan, padahal bagian lainnya dari pinggang ke atas hingga kepala belum berhasil dicabut, sehingga ritualnya dihentikan dahulu oleh Mbah Jantur.
Tak lama kemudian, karena susuk yang ada di tubuh Puri sebagian telah dicabut, perlahan-lahan tubuhnya berubah wujud, tubuh Puri langsung menua, keriput-keriput keluar dari kulitnya, begitu juga rambutnya yang beruban, sehingga tampak seperti wanita tua yang sudah berusia 60-an tahun.
Penyakit Puri semakin parah, tapi dia tetap tidak dapat disembuhkan karena susuk yang masih menempel ditubuhnya, bahkan kakeknya sendiri, Mbah Jantur justru pergi menghilang meninggalkannya tanpa jejak entah kemana.
Alhasil, jadi tidak ada satu pun orang yang mampu mengeluarkan susuk tersebut, termasuk Mbah Renggo yang juga kakeknya, sebab menurut Mbah Renggo yang masih diharapkan bisa mencabuti sisa susuk tersebut hanyalah kakak kandungnya tersebut.
Kondisi Puri semakin parah, hingga kulit dan daging tubuh bagian bawahnya itu sudah menghitam, membusuk dan mengeluarkan bau amis yang menyengat.
Dibeberapa bagian, bahkan sudah ditumbuhi belatung-belatung yang menggerogoti dagingnya, tampaknya akibat susuk yang tersisa membuat Puri masih bisa bertahan hidup.
Melihat apa yang dideritanya, Puri sungguh menyesal atas segala perbuatan yang telah dilakukannya. Dia ingin meminta maaf kepada wanita-wanita yang suaminya telah dirayu olehnya selama ini.
Tapi Sayang, tidak seorang pun dari mereka datang menjenguknya. Puri tidak bisa menebus kesalahannya, hingga akhirnya dengan sisa kekuatan yang ada, dibantu tongkatnya Puri berjalan tertatih-tatih, jatuh bangun hingga merangkak, menuju jembatan desa, dan berencana mengakhiri hidupnya sekaligus penderitaannya untuk terjun ke sungai.