Aku mengikutimu hingga ke pintu kamar. Sebuah perasaan berat ingin kuluahkan kepadamu terkait cerita lalu yang belum usai.
"Ada yang ingin kamu katakan?"
"Kamu marah tentang kita dulu?"
"Dengar, Mateo. Dulu, kamu menghilang tanpa berita. Aku bahkan tidak tahu apakah kamu selamat dari huru-hara itu atau tidak. Aku mencarimu!"
Matamu menyala saat mengatakan itu.
"Maafkan aku."
"Kamu tidak pernah menghubungiku lagi. Sampai, aku mendengar kabar kamu telah bersama perempuan lain. Akhirnya aku berhenti mencarimu."
Gelombang emosimu nyaris pecah. Hatiku pun perih, seperti sayatan luka yang tergores lagi.
"Tolong, Mariyana, mengertilah. Saat itu aku hanya ingin menyelamatkanmu. Ayahmu seorang pembesar dan aku tidak ingin menyusahkanmu. Kamu tahu itu, kan? Sekarang, kita baru saja bertemu lagi, tapi---"
"Tapi apa? Kamu sudah sepantasnya memiliki Sarah."
Aku berlutut dan menatapmu.