Mohon tunggu...
S Eleftheria
S Eleftheria Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Literasi

***NOMINEE BEST IN FICTION 2023*** --- Baginya, membaca adalah hobby dan menulis adalah passion. Penyuka hitam dan putih ini gemar membaca tulisan apa pun yang dirasanya perlu untuk dibaca dan menulis tema apa pun yang dianggapnya menarik untuk ditulis. Ungkapan favoritnya, yaitu "Et ipsa scientia potestas est" atau "Pengetahuan itu sendiri adalah kekuatan", yang dipaparkan oleh Francis Bacon (1561-1626), salah seorang filsuf Jerman di abad pertengahan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Keputusan di Halte

2 Juli 2024   20:43 Diperbarui: 12 Juli 2024   17:58 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perempuan di Halte | sumber gambar pixabay.com/CHÂU VIỄN

Mariah mendadak gugup dan buru-buru menutup koper itu kembali. Wajahnya memerah, air matanya mengalir, dan suaranya terisak-isak. Tentu saja keadaan itu menyisakan kebingungan dan pertanyaan mengambang bagi perempuan muda yang melihatnya itu.

"Kamu kenapa? Apa yang terjadi?"

Bahu Mariah berguncang hebat. Perempuan yang bersamanya itu mendekati, mencoba memberikan perhatian.

"Mau duduk di sana lagi?"

Perempuan muda itu menuntun Mariah yang gontai kembali ke halte berharap supaya lebih tenang.

Perlahan-lahan, Mariah mulai membuka diri setelah beberapa saat. Ia menceritakan segala beban pikiran yang merundungnya, seperti ada kekuatan tidak terlihat yang membuatnya merasa bebas dan lega untuk berbicara kepada perempuan muda berambut keriting di sampingnya itu.

"Mungkin aku harus pulang menemuinya lagi."

"Apa? Kamu menyerah? Aku bahkan telah melihat yang lebih buruk dari keadaanmu."

"Tapi Jo tidak sungguh-sungguh melakukannya."

"Maksudmu, ia tidak pernah melakukan kekerasan terhadapmu?" Alis perempuan muda itu terangkat.

"Tidak begitu. Maksudku, Jo bisa menjadi pria yang paling baik hati dan paling lembut. Akulah yang merusaknya. Aku terlalu egois menuntut hidupnya dan itu membuatnya kejam. Itu bukan salahnya, itu salahku."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun