Mohon tunggu...
S Eleftheria
S Eleftheria Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Literasi

***NOMINEE BEST IN FICTION 2023 dan 2024*** --- Baginya, membaca adalah hobby dan menulis adalah passion. Penyuka hitam dan putih ini gemar membaca tulisan apa pun yang dirasanya perlu untuk dibaca dan menulis tema apa pun yang dianggapnya menarik untuk ditulis. Ungkapan favoritnya, yaitu "Et ipsa scientia potestas est" atau "Pengetahuan itu sendiri adalah kekuatan", yang dipaparkan oleh Francis Bacon (1561-1626), salah seorang filsuf Jerman di abad pertengahan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Keputusan di Halte

2 Juli 2024   20:43 Diperbarui: 12 Juli 2024   17:58 547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perempuan di Halte | sumber gambar pixabay.com/CHÂU VIỄN

"Tapi semua orang memuja kami, mengatakan betapa sempurnanya kami sebagai pasangan. Betapa cocoknya kami. Betapa beruntungnya aku memilikinya." Mariah mengusap hidungnya yang berair.

"Ibuku berusaha selama bertahun-tahun mendapatkan perhatian Ayah walaupun ia tidak benar-benar menginginkannya. Ibu bahkan juga menyalahkan dirinya sendiri, aku, saudara-saudaraku, segalanya, kecuali Ayah, padahal Ayah seorang pemabuk. Entahlah, bagi Ibu, Ayah lebih penting daripada kami."

Mata perempuan itu kemudian menyalang tajam seperti belati saat ia melanjutkan pembicaraan.

"Aku berharap Ayah mati karena aku membencinya, sangat membencinya. Sekarang, aku bekerja dan mendapatkan uang untuk Ibu dan adik-adikku meski mereka tidak tahu apa yang aku kerjakan setiap malam. Ayahku? Persetan! Ia tidak pernah kasihan terhadap kami."

"Aku juga membenci Jo atas apa yang telah ia lakukan. Aku benci suamiku. Tapi ia mencintaiku dan aku sangat tahu itu. Ia akan berubah, mungkin ia akan berubah."

Perempuan berambut keriting di samping Mariah lantas mendengkus dan membuang muka sebab muak mendengar kata-kata Mariah. Cinta tidak seharusnya menjadi alasan seseorang untuk mudah memaafkan perlakuan kasar pasangan. Itu semacam pelecehan nurani.

"Kamu harus mulai mengatakan yang sebenarnya, setidaknya kepada diri sendiri. Memang tidak mudah, tapi sederhana. Begitulah yang ibuku lakukan."

Mariah tahu kata-kata perempuan itu benar. Dia seharusnya mulai jujur pada dirinya sendiri, mengakui bahwa hubungan pernikahannya telah merusak dirinya lebih dari yang bisa ia bayangkan. Namun, keberanian untuk melakukannya seakan-akan terhalang oleh rasa takut. Ia teramat tidak bernyali. Benar-benar tidak bernyali.

Lagi-lagi ponsel Mariah berbunyi. Nama Jo muncul lagi di layar. Mariah panik, takut akan hal yang mungkin terjadi jika ia mengangkat panggilan itu.

"Angkat saja! Katakan kalau ini sudah berakhir."

"Tapi aku tidak bisa."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun