Untuk mengetahui sebab terjadinya sebuah konflik, maka terlebih dahulu kita harus mengetahui kronologi bagaimana konflik itu bermula. Seperti yang akan dibahas dalam tulisan ini yakni kronologi mengenai konflik di Suriah. Konflik ini terkenal dengan sebutan Arab Spring, yang dimaksut dengan Arab Spring adalah periode yang menyebabkan terjadinya kasus politik yang mana konflik tersebut tidak diharapkan, kerusuhan sosial, serta proses dan demo unjek rasa yang menyebar sangat cepat di kawasan dunia Arab dan membawa revolusi perubahan. Bermulanya konflik Suriah yakni keinginan masyarakat untuk membentuk negara yang demokratis, dan menginginkan turunnya kekuasaan rezim Assad,[5] yang awalnya adalah presiden Hafez Al-Assad yang kemudian digantikan oleh anaknya yakni Bashar Al-Assad pada tahun 2000.[6] Berawal dari adanya protes dari sekelompok pelajar yang menuliskan beberapa slogan anti pemerintah dibeberapa tembok kota (Dina Y. Sulaeman, 2013: 100), slogan tersebut berbunyi rakyat menginginkan rezim turun (Siti Muti'ah, 2012: 5).Â
Â
Kemudian setelah itu polisi menangkap para pelajar tersebut dan dipenjara selama satu bulan, namun selain menangkap polisi juga menyiksa mereka selama dipenjara, kejadian tersebut diketahui setelah mereka dibebaskan dari penjara. Setelah mengetahui penyiksaan tersebut, masyarakan melakukan aksi demonstrasi pada tanggal 11 Maret 2011 dikota Daraa yang memprotes adanya penyiksaan yang dilakukan oleh pihak polisi kepada para pelajar. Bagian keamanan mencoba untuk mengusir para demonstran, namun mereka tetap tak bergeming, sehingga para pasukan bagian keamaan melepaskan tembakannya pada arah demonstran.[7] Setelah itu, pada tanggal 23 Maret 2011 para demonstran kembali protes, para pasukan keamanan juga kembali menembakkan untuk membubarkan para demonstran, namun kali ini ada korban jiwa sebanyak 20 orang.
Â
Dengan adanya insiden tersebut, Bashar Al-Assad sebagai presidennya mengumumkan dengan adanya pertimbangan pemerintah terhadap penerapan reformasi politik, termasuk juga menghapus pembatasan politik, dan hukum darurat Suriah yang ditetapkan selama 48 tahun. Namun pengumuman tersebut tetaplah diabaikan oleh para pihak tokoh oposisi Suriah.
Â
Tak hanya berhenti disitu, aksi unjuk rasa tetap berlanjut yakni pada tanggal 25 Maret 2011 setelah shalat Jum'at, meskipun para petugas keamanan bersikeras untuk memberhentikannya, aksi tersebut semakin intens. Demonstrasi yang dilakukan oleh para tokoh oposisi Suriah mendapatkan perlawanan dari masyarakat Suriah yang pro pada pemerintah, perlawanan tersebut ditunjukkan dengan adanya demonstrasi besar-besaran di Damaskus. Pada tanggal 29 Maret, pemerintahan mengumumkan pengunduran kabinet, hal tersebut dilakukan untuk memenuhi tuntutan reformasi yang diucapkan oleh para demonstran.
Â
Assad tampil untuk pertama kalinya di depan publik langsung sejak terjadinya kerusuhan di Suriah, dan menyampaikan pidato di depan dewan legislatif untuk meredamkan protes para demonstran dan juga mengklaim bahwasanya adanya protes itu karena konspirasi asing. Namun, ia juga mengakui bahwa ia khawatir dan prihatin terhadap para demonstran. Setelah pidato itu, Assad mengumumkan bahwa ia sudah membentuk sebuah komisi untuk pencabutan hukum darurat.
Â
Setelah itu, demonstrasi terjadi diseluruh negeri secara sporadis, pemerintah Suriah menghubungkan konflik ini pada kongsi asing. Lalu, pemerintah membuat beberapa kerelaan yang akan ditujukan kepada masyarakat Muslim Suriah konservatif dan minoritas Kurdi. Pemerintahan Suriah berusaha untuk menjawab keresahan para masyarakat Muslim yang konservatif dengan menutup satu-satunya kasino Suriah dan membatalkan hukum 2010 pada tanggal 6 April 2011, yaitu melarang para guru perempuan untuk menggunakan niqab dan cadar yang menutupi wajah. Dan pemerintah juga mengumumkan bahwa Noruz merupakan festival tahun baru yang di rayakan oleh orang-orang Kurdi sebagai hari libur nasional.