Mohon tunggu...
Shenshen PratamaVantaka
Shenshen PratamaVantaka Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Novel

Pelajar sma 17 tahun 9 mei 2004

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

FIVE A

20 Februari 2022   11:43 Diperbarui: 20 Februari 2022   11:58 591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku berlari menuruni anak tangga dan mencari tempat untuk bersembunyi. Aku berlari sambil menahan tertawa. "AMYRA! Sini kamu" kak azel mengejarku, "Kenapa kak?" Ujar Aldi. "Di!, bantuin nangkep amiraa!, ini waktunya dia mandi". Mereka berdua mencari amiira diseluruh sudut rumah, Azel dan Aldi  menemukan ruangan yang gelap, segera mereka pergi memeriksa dan ternyata benar, mereka menemukan Amyra sedang bersembunyi di dalam sebuah dus yang agak besar, cukup untuk ukuran bandannya. azel membuka dus tersebut "Ketemu kamu ya!" dengan muka yang kesal. "Eh bang hehe", tidak banyak tingkah kedua kakaknya mengotong Ameera dan langsung di ceburkannya kedalam bathtub.

Tugas azel dan aldi selesai, sekarang tugasnya Aiden untuk memandikan Amyra,  aiden emang paling cocok untuk tugas ini, karena Aiden ini adalah orang yang lembut, Amyra sendiri gak mau dimandikan oleh abang yang lain karena saking nyamannya, lembutnya, cerianya dan ramahnya seorang Bang Aiden.

Akhirnya selesai juga mandi, tapi aku masih belum bisa dibaju sendiri, tugasnya Aaron untuk memakaikan ku baju.

Begitulah keseharian masa kecil ku. Aku dirawat oleh keempat kakak ku yang super sayang dan super protektif terhadap adiknya. Oh iya orang tuaku selalu sibuk dengan urusan pekerjaannya, ayah dan ibuku bekerja sebagai direktur dan sekertaris di sebuah perusahaan Kosmetik, makannya ayah dan ibuku menitipkan aku dan merawat ku melalui kakak kakak ku.

1. Beda Sifat

Punya 4 kakak laki-laki itu harus sangat sabar. Apalagi jika mereka semua merasa bahwa dirinya itu 'Famous' di sekolah, dan tidak hanya disekolah! Tetapi di kotaku ini pasti orang orang tau kakak kakak ku. Orang orang bilang mereka semua mirip sekali dengan orang korea, putih, tinggi, harum, dengan potongan rambut yang berbeda beda. Azel memotong rambutnya dengan gaya Messy Hair, Aldi dan Aiden memotong dengan gaya Middle-Parted Hair, sementara Aaron selalu menata dan memotong rambutya dengan gaya Side bangs.

Makannya, gimana mereka ga Famous dengan wajah mereka yang super tampan (Bahkan aku sendiri mengakui bahwa mereka tampan hihi), dan mereka itu kalo kemana mana selalu barengan, yap! "Selalu barengan" jadi orang orang disekitar rumahku, disekolah bahkan kotaku menjuluki mereka dengan julukan "4A" artinya ada yang bilang '4 Angel' ada juga yang bilang dijuluki 4A karena nama mereka berawalan huruf A. 

Orang yang paling serius dan paling dewasa dibandingkan dengan abang yang lainnya. Disekolah pun dia menjadi ketua Osis karena abang ku yang satu ini sangat pintar dalam segala bidang, tapi tetap dia ini ramah juga kok meski agak agak serius dan agak kaku, siapa lagi kalo bukan Kak Azel (kakak pertama).

 

Bertolak belakang dengan kelakuan Abang yang pertama, Abangku yang satu ini bahkan  kelakuannya sangat sangat bandel, mulai  dari bolos sekolah, tawuran, kena kasus beberapa kali, tapi dia ini pinter banget. Dia ikutan olim fisika kimia dan biologi dan hasilnya?, Juara 1!. Bahkan saking pinternya sampai ngalahin abang

yang pertama. Dan paling sering ribut sama aku. Yap betul, Aldi (kakak kedua).

Kakak paling lembut dan paling sabar dalam merawat adiknya, benar, kak Aaiden tercinta. Pokonya bingung banget ngejelasin abang yang satu ini. Hari hari nya dihabiskan dengan senyum dan menyapa (bila keluar rumah), pokonya super ramah tamah lah. Dan fakta uniknya abang yang ini paling banyak digemari oleh para wanita. Tapi, percaya atau gak percaya, abang ku yag satu ini tidak pernah pacaran lho. Dia ini merupakan kakak ke-3 di dalam keluarga kami.

Hashtag #sipalingpendiemdankalem jatuh pada abangku yang satu ini. Sekusut kusutnya masalah yang dia hadapi dirumah, maupun di sekolah, dia ini gak pernah ngeluh dan tetap santuy. Dan anehnya lagi dia ini agak misterus bahkan orang orang disekolahku saja tidak berani menyapa dan mengajak ngobrol duluan, tapi jika dirumah sikapnya seperti monyet yang sedang bergelantungan dari dahan ke dahan. Siapa lagi kalau bukan Aaron (Kakak ke-4)

Dan si bungsu, aku hehe Amyra Aini. Orang orang memanggilku Ira. Dikeluargaku hanya aku cewek sendiri dan anak paling akhir. Orang orang bilang mukaku ini campuran antara korea dan arab. Orang orang menyukaiku karena aku ini orangnya ramah dan suka senyum, seperti kakakku yang ke-3.

2. Babay Indonesia

Semua orang sedang sibuk membantuku berkemas barang barang. Aku diterima di Universitas Hankuk Korea dan hari ini adalah jadwal pesawatku untuk terbang.

"Kak! Cepet dikit dong 20 menit lagi pesawatnya berangkat"

"Kalo " Mau cepat, kamu ikut banduin dong ujar Aaron

"Kakak gak mau tau, pokonya kamu harus ngasih kita gaji" kata Azel

"Iya iya, kerja dulu yang benar"

"Siap tuan putri!" mereka menjawab bersamaan

"Aduh tinggal 10menit lagi cepetan dong bang!"

Semuanya bergegas masuk ke mobil dan lebih parahnya lagi dikendarai oleh kak Aldi.

"Siap semua?" ujar kak aldi

"Siap " ujar yang lain

Senam jantung gak usah mahal mahal harus ke gym atau yang lain sebagainya, cukup naik mobil yang dikendarai oleh kak aldi saja. Berasa naik roaler coaster.

"Di pelan pelan!" Aiden menahan mual

"Gak bisa!, tinggal 5 menit lagi" jawab Aldi

Sementara aku, Aaron dan Azel hanya tertawa terbahak bahak melihat kelakuan mereka.

Sampailah di bandara. Kakak kakak ku memelukku. Berat rasanya aku meninggalkan mereka.

"Kalo kamu pergi jangan balik lagi yaa, pergi jauh jauh", ujar Aldi sambil menahan ketawa

"Kak aldi sialan" Sambil menonjok pelan perut kak Aldi.

"Hati hati dijalan yaa Amyra", mata kak Aiden berkaca kaca. Aku pun berkaca kaca  karena Bang Aiden adalah abang kesayangan.

"Semoga selamat", kak Aaron singkat, padat, jelas.

"Terimakasih" ujarku kepada kak Aaron.

Aku mendengar namaku dipanggil beberpa kali oleh pihak penerbangan, segera aku memeluk kakak kakaku dan berlari memasuki pesawat.

"Selamat sampai tujuan yaaa!". Ujar kakak kakak ku. Aku mengangguk tersenyum sambil melambaikan tangan.

Pesawatpun lepas landas, yang terlihat hanyalah awan dan burung. Seketika terbayang wajah para kakak. Entah kenapa padahal aku tidak ingin menangis, tapi air mata terus keluar, padahal baru 10 menit ditinggal dan kayanya emang, aku gak bisa jauh jauh dari semua kakak ku.

3. Korea

Ketika aku datang ke korea, aku pergi menemui kenalan bisnis ayah ku. Ayahku bilanh dia menunggunya di  Bandara Internasional Seoul. Pria di gerbang pintu bandara manetapku seperti dia sudah mengenali ku.

"Dengan nona Amyra?"

"Betul, dengan tuan Kim Songhwa?"

"Betul, mari ikut saya nona, saya antarkan ke rumah saya"

Agak kaget karena rumah yang teman papahnya ini tinggali ternyata tidak sebesar apa yang aku pikirkan. Bangunan tradisional yang dipadukan dengan beberapa bagian rumah yang modern, serta rumah yang tidak sedang sedang saja, cukup untuk 7 orang.

 

Aku disuruh tinggal di rumahnya selama tahun tahun kuliah. Aku duduk dan menatap langit langit seperti orang yang sedang kebingungan.

"Nona ada yang bisa kami bantu?" ujar salah satu pembantu dalam Bahasa korea.

"Ada, Tolong bantu saya rapihkan ini yaa"

"Baik nona"

Aku pergi ke kamar mandi dan duduk ditoilet sambil melamun. Terlintas di pikiran "Mendadak jadi kangen sama kakak kakak". Mungkin karena emang dari kecil aku diurus dengan mereka, jadi tidak bisa jauh jauh.

Keluar dari toilet, anak anak dari tuan Kim Seonghwa datang, dan mereka hampir mirip sekali dengan abang abangku. 4 saudara, ganteng, tinggi, putih dan yang lebih janggal lagi potongan rambut mereka sama sekali dengan potongan rambut abang abangku.

Oh iya aku lupa, aku belum mengabari para abang, pasti mereka sangat khawatir.

*Memvidcall kakak

"Halo Ira" Ucap Azel.

"Itu ira?" Ujar yang lain.

Sesegera mungkin yang lain mendekati Kak azel, bahkan layar handphone kak Azel sendiri penuh dengan wajah para kakak kakaknya.

"Sanpai disana jam berapa?". Kak Aiden bertanya.

"Jam 17:00 kak" aku membalas.

"Udah shalat belum". Kak Aaron bertanya.

"Sudah kok kak, Tadi di bandara".

"Beresin tuh kamar, dasar pemales" ujar kak Aldi sambil tersenyum kecil

"kak, perut lu mau gue tonjok?" Berbicara dengan bang aldi tidak bisa santai dan anggun seperti perempuan yang biasanya.

"Ngomong ngomong Ira kangen banget sama semuanya"

"Jelas dong, kita pasti ngangenin ya ga?" timbrung kak Aldi

"Maaf kak Gue gak kangen ama Lu"

"Oh gitu?. Oke! Gw gakan transfer"

"Eh kok gitu?. Iya deh iya kangen banget sama kak aldi"

"Kak, Iraa tutup dulu yaa, mau istirahat. Besok hari pertama masuk kuliah"

"Oke, dadah ira" ujar semuanya serentak dan aku melambaikan tangan ke mereka.

Hari hari aku habiskan dengan kuliah, belajar dan vidcall dengan kakak kakak. Begitulah hari hari terlewati selama masa masa kuliah.

9 november adalah hari ulang tahunku. Biasanya kakak kakak ku selalu menyiapkan surprise untuk ku. Tapi sepertinya tahun ini berbeda. Antara Korea dan Indonesia itu sangat jauh. Tapi yasudahlah mau bagaimana lagi.

"Ah sudah jam 07:00 waktunya berangkat kuliah". Berbicara dengan diri sendiri adalah hobyku. Selama naik bus kota aku terus menatap handphone biasanya kakak kakak ku menelfon ku dissat aku berulang tahun tapi kok belum menelfon yaa?. Mungkin nanti siang atau sore angku menelfon.

Jam 16:00 aku selesai kuliah aku bergegas pulang ke rumah, kali ini aku memakai taksi. Sambil menatap telfon dan belum ada yang menelfon.

"Mungkin aku harus menelfon". Aku telfon satu persatu kakak ku dan tidak ada yang menelfon. Aku mulai kesal dan tidak mood, sampai rumah pun orang orang menatap wajahku dengan sedih.

Sudah pukul 20:00 masih belum ada yang menelfon. Hatiku sangat kesal sampai sampai aku menangis. Salah satu pembantu rumah mengetuk pintu.

"Permisi nona". Segera aku menusut air mata

"Oh iya sebentar"

"Kenapa Bi? "   

"Itu ada paket nona di luar"

"Oh iya bi nanti saya ambil". Aku bergegas mengambil paket yang ada di depan rumah dan aku buka di kamar.

Kaget Sekali!, super kaget karena ternyata isi dari du situ adalah barang barang branded. Sepatu Balenciaga dari kak Azel, Parfum dior Dari kak Aaron, tas chanel dari kak Aldi dan hoodie LV dari kak Aiden. Ponselku berderiing, ternyata vidcall dari kak Aaiden, segera ku angkat.

"Happy Birthday Iraa" ujar dari semuanya kompak. Aku menangis.

"Loh kok Ira nangis" Aiden bertanya.

"Kalian kenapa gak ngangkat telfon aku!"

"Hehehe soalnya kan surprise" timbrung Aaron. Aku tersenyum sambil menyusut air mata.

"Gausah nangis, lebay banget lu. Paket udah sampai belum?" Kata kak Aldi

"Udah". Jawab ku

"Gakan bilang makasih?, duit gue abis tau gak?" lanjut Bang Aldi

"Yaelah hitungan bener lu, Tapi makasih yaa kak Aldi, kak Azel, kak Aaron sama kak Aiden, sayang banget sama kalian"

"Oke, sama sama" ujar para kakak kakaknya.

"Udah, sekarang cepet mandi, keliatan nya kaya belum mandi" kak Aaron perhatian.

"Iya, soalnya tadi pulang kuliah langsung tiduran dikamar, habis bete banget tadi gak ada yang menelfon, kalo gitu mira tutup dulu yaa, makasih kakak kakak!"

"Okay dadah" mereka melambaikan tangan. Haduh jadi rindu sama semua kakak.

 

4. Wisuda

Sangat tidak sabar!, besok adalah hari wisudaku. Kabarnya ayah dan ibu akan datang, tapi sayangnya kakak kakak nya yang lain tidak bisa datang karena sibuk. Tapi gapapa, yang penting sebentar lagi aku pulang ke Indonesia. Saking semangatnya sampai ngantuk dan tanpa disadari aku tertidur.

Pukul 07:00 aku pergi ke universitas untuk wisuda, Aku menunggu kedatangan orangtua ku di gerbang Universitas.

"Ayah, Ibu, disini" aku melambaikan tangan

"Anak Ibu gimana kabarnya" kata ibu sambil mencium kening.

"Alhamdulillah bu"

"Ira, dimana ruangannya"

"Sini yah Sama Ira tunjukin" aku mengantar kedua orangtuaku ke aula universitas.

Acara terus berlanjut, mulai dari pemanggilan siswa berprestasi, hingga acara foto foto.

"Ira kemasi barangmu yaa, besok kamu harus ke indonesia"

"Serius yah?"

"Iya". Dengan secepat kilat aku pergi ke rumah, mengemasi barang - barang dan berpamitan dengan keluarga Tn Kim. Aku memesan hotel disekitar bandara agar tidak telat besoknya. Setelah sampai di hotel aku menelfon ayahku

"Yah ini aku udah di hotel"

"Oh iya, jadwal keberangkatan kamu jam 07:00 yaa awas jangan telat"

"Iya yah siap"

"Ayah besok ikut pulang kan?"

"Kayanya ayah gak bisa nak, ayah ada urusan bisnis disini"

"Oh iya yah"

"Nanti kalo kamu udah sampai kabari kakak kakak mu, nanti mereka jemput"

"Okay yah siap". Rasanya sangat senang sampai tidak bisa bernafas.

5. Kembali

Aku terbangun jam 3 shubuh, mungkin karena saking semangatnya kali ya?. Aku pergi ambil wudhu dan pergi shalat tahajjud lalu aku membaca qur'an hingga shubuh dan dilanjutkan shalat shubuh. Pukul 6 aku mandi  dan segera berangkat menuju bandara. Sesampainya dibandara..

*menelfon kak Aldi

"Halo kak"

"Apaan?, ganggu aja gue lagi tidur"

"nanti jemput yak, tapi cuman kakak doang yang lain gausah ikut"

"Oke, kabarin yaa, jangan lupa bawa gaji"

"Gaji mulu yang ada di otak lu!. Yaudah gue berangkat dulu yaa". Aku menutup telfon dan bersiap untuk keberangkatan.

Pukul 11:00 kak Aldi di rumah bersiap siap. Amyra 1 jam lagi sampai. Segera kak Aldi mengambil kunci mobil.

"Di mau kemana?". Tanya Aaron

"Mau ke bandara"

"Ngapain?". Giliran Azel nanya

"Ngejemput babu"

"Hah serius ira pulang?"

"Boongan, ya iya lah masa gue bohong".

"Kak kitab oleh ikut gak?". Kata Aiden.

"Ayok". Emang yaa, si kak Aldi ini gak pernah ngejaga amanah.

Akhirnya aku sampai di bandara, aku menelfon kak Aldi. Tapi kenapa gak diangkat angkat?. Aku menelfon terus menerus. Kebetulan di bagian pintu masuk orang orang berkumpul sambil berteriak, apa lagi para wanitanya.

"Ada apa yaa?, rame bener"

"Mungkin ada artis kali yaa, liat dulu ah sebentar" aku berjalan menuju perkumpulan tersebut, sulit sekali ternyata menerobos ke depan, aku memaksakan diri meski badan terbody body oleh banyaknya reporter.

"Astaghfirullah", aku tercengang dan ke 4 kakak ku melihat dan melambaikan tangannya ke arahku. Reporter disekelilingku melihatku dan langsung mewawancaraiku.

"Ngapain sih mereka datang semua, pake jas segala lagi, malu banget".

kak Azel  langsung menarik ku dengan abang ku yang lain dan segera, kami berlari masuk kedalam mobil.

Masih kesal dengan kelakuan kakak kakak ku, aku memasang buka kesal.

"Kirain aku artis, ternyata kalian, nyebelin banget"

"Aldi, kan gue udah bilang, lu sendiri aja yang jemput!. Its ok semuanya ikut, tapi biasa aja dong pakaiannya".

"Eh Ira, pake Bang atau kak kalo mau manggil". Kak azel nimbrung.

"Abis kesel banget kak, mana malu banget tadi". Aku gak suka kalo orang orang tau aku ini adik dari mereka.

"Yaudah lu gausah marah, nanti gue traktir deh starbak 1 kan?" timbrung kak Aldi

"Iye"

"Ira mau apa?", tanya kak Aiden.

"Kalo kakak sih gausah nraktir Ira apa apa hehehe".

"Serius?"

"Serius kak" Ujar ku

"Hidih giliran Aiden lu gak marah, emang yaa adik laknat". Ujar kak aldi.

"Biarin, suruh siapa lu gak jaga amanat". Sementara itu Ira bertanya terhadap Aaron

"kak kok diem aja?", tanya Ira terharap Aaron

"Gak kenapa napa". jawab Aaron. Oh monyet aslinya masih belum keluar, mungkin monyetnya keluar nanti pas di rumah. Dijalan aku habiskan dengan tidur karena cape banget.

Sesampainya di rumah aku pergi nuju kamar membawa barang barang ku.

"Eh Ira sini, biar kita aja yang bawain, pasti cape banget kamu". kak Aaron peka.

"Nih kak, Ira duluan ya".

"Dasar anak manja". Emang gak dimana gak dimana adik kaka yang satu ini selalu rebut.

"Bodo amat", balasku sambil mengelel kan lidah.

Kakak-kakak ku mulai masuk kedalam kamarku dan membantuku merapikan kamarku. Gila bersih banget, pasti kak azel yang membersihkannya.

"Kak makasih ya". Ujarku kepada kak azel

"Maksud kamu?"

"Makasih udah ngebersihin kamar Ira"

"Bukan kakak kok yang ngebersihin kamar Ira"

"Lah terus siap.."

"Itu Gue", potong kak Aldi.

"Hah, serius mana mungkin" 

"Itu bener kok Raaa". kata Aaron. Sangat shock mendengar perkataan Aaron.

"karena gue udah ngebersihin kamar Lu, lu harus ngegaji gue". Emang yaa, urusan Ngagetin sama gaji tuh jagonya Bang Aldi.

"Yaudah, mau berapa?". Aku berbicara sambil kesal.

"3 Juta aja kok". Balas kak Aldi.

"Lu mau malak Gue?". Bisa bisanya minta 3 Juta untuk ngebersihin kamar doang.

"Hahaha sudah kalian jangan ribut terus". Kata azel.

"Kalian mirip anak anak tau gak?". Kata Aiden sambil tertawa. Akhirnya mereka selesai membersihkan kamar ku, kusuruh mereka keluar, dan aku malihat bagian bagian dikamarku yang sama sekali tidak berubah.

6. With kakak

Kalo gak ada kakak kakak tuh sepi banget hidup. Gaada yang bisa di jailin atau aku suruh atau aku omelin hehe. Pagi ini aku berencana untuk mengejak kakak kakak ku untuk bersepeda keliling kota. Dan mungkin karena sudah lama kami tidak melakukan hal hal tersebut, akhirnya mereka menyetujuinya. Padahal mereka itu sangat sulit jika diajak bepergian. Semuanya sudah siap, kami berangkat pukul 6 pagi.

Selama bersepeda, kami membicarakan banyak hal. Mulai dari kehidupan abang abang ku saat aku tidak ada, membicarakan masa depan, dan lain lain. Pokonya dari jam 6 pagi hingga jam 10 pagi kami bersepeda. semua kakak ku menanyai ku tentang pengalaman bagaimana kuliah di luar negeri, bagaimana rasanya jauh dari orang tua, kecuali Aaron. Emang sih boleh saja dia jadi pendiam. Tapi kalo dikeluarga minimal dia bicara. Kadang kadang emang agak kesel sih sama  Aaron ini. Terlintas di benak ku untuk menjaili kak Aaron. karena kelihatannya Aaron ini sedang kepanasan, aku menyiramkan air putih dingin keatas kepalanya, dia menatapku.

"Apa apaan sih?". Ujar Aaron.

"Mau jail hahaha". Kataku sambil tertawa.

"Oh kamu mau jail?, Sini!, abang siram kepala kamu". Kak Aaron mengejarku.

"Eh eh eh, ampun bang enggak lagi" ujarku sambil berlari.

Sementara aku sibuk melarikan diri dari kejaran maut Aaron, kakak kakak yang lain hanya tertawa.

"Aaron, Iraa, Ayo pulang". Kak Azel memanggil.

"Awasnya Iraa, kamu masih kakak awasin". Ancam Aaron

"Tuh kan monyetnya keluar". Langka sekali melihat kelakuan Aaron diluar, seperti kelakuannya di rumah.

Dirumah, tentu saja aku dan kak Aiden yang masak, sebenarnya kakak kakak yang lain juga bisa memasak, tapi rasannya tidak menentu. Terkadang enak dan terkadang tidak. Kakak kakak ku request ingin makan barbeque, kelakuan nya emang aneh aneh dan random sih emang. Masih pagi udah ingin barbeque, segera ku suruh kak Azel dan Aldi untuk membeli daging dan bumbunya, sementara kak Aaron sedang membersihkan rumah.

"Raaa nanti mau ikut Gak?". Tanya kak Aiden.

"Kemana?". Ujarku bingung, pasalnya, baru saja kita pulang bersepedah.

"Kebioskop".

"Okay gass". Dengan semangatnya aku menjawab kak Aiden.

"Sama siapa aja?" tanyaku.

"hanya kita kok, sekeluarga".

"Oh Iya". Pasti mereka mengajakku nonton film horror sih, aku tahu itu. Soalnya mereka paling suka dengan darah darahan. Yang lebih anehnya, mereka suka menonton film berdarah tapi mereka tidak suka melihat darah yang asli.

Kak Azel dan Aldi sudah kembali mereka membawakan daging yang banyak. Saatnya tugasku dan kak Aiden untuk memasak. Sekitar 40 menit kami memasak akhirnya makananpun disajikan.

"Makanan Aiden sama Ira emang gak pernah mengecewakan" kata azel. Sementara Aldi dan Aron langsung memakannya, mungkin karena saking lapar nya.

"Gimana?, suka gak". Ujarku menanyakan pendapat.

"Enak!". Mereka menjawab bersamaan.

"Gak ada beda nya dari masakan 3 tahun lalu". Kata bang Aldi.

"Syukurlah kalo kalian suka". Ujar kak aiden.

Semuanya sunyi dan sibuk menyantap makanannya masing -- masing. Terlihat sangat focus terhadap makanannya masing masing, dan seketika kami melihat 1 mata dengan yang lainnya, lalu kami tertawa terbahak bahak tanpa sebab. Aku merasa bersyukur memiliki kakak seperti mereka, mungkin orangtua ku sibuk dan jarang pulang kerumah, tetapi aku memiliki kakak kakak ku yang sangat perhatian kepadaku.

7. Minta Maaf

Pagi ini giliran aku untuk membersihkan kamar kamar kakak. Seluruh kamar sudah selesai dibersihkan, tinggal kamar kak Aldi. Ketika aku membersihkan lemarinya, aku menemukan sebuah buku yang kusam, dan sangat kotor dan berwarna hitam.

"Astaghfirullah, aku kira buku sekte apaan, ternyata buku diary toh". Kebetulan Aldi sedang keluar Bersama temannya.

"Lucu juga Kak Aldi buat diary". Sambil tertawa kecil.

"Baca dulu ah sebentar". Isi dari buku itu biasa saja, hingga aku terdiam di halaman terakhir.

"Kesel banget liat kelakuan Amyra, kelakuannya seenaknya banget. aku yakin kakak kakak yang lain juga pasti ngerasa kesal sama kelakuan dia, cuman gatega aja buat ngemarahinnya. Separah parahnya sikap dia gatau kenapa aku gabisa ngemarahin dia. Dia tuh kaya punya mantra yang bisa ngeluluhin hati kita".

Kalimatnya dilanjut.

"gue punya harapan untuk hari ini dan seterusnya. Aku ingin Amyra berubah ke aku, memperlakukan aku sama dengan kakak kakak lainnya. Dipeluk, dimanjain, tapi kayanya gak mungkin, kapan coba Amyra sama aku bisa akur?".

Kata kata dari kak Aldi bikin hatiku meleleh, jadi seperti ini yang selalu dirasakan Aldi. Ternyata selama ini aku ngejangkelin banger yaa. Kayanya aku harus buat pengakuan dosa deh sekalian minta maaf.

Pertama tama, aku minta maaf dulu dengan kak azel, karena dia yang paling tua di sini. Aku menghampiri kak azel yang sedang tiduran dikamarnya. Aku mengetuk pintu kamarnya dan Azel membiarkan ku masuk.

"Kenapa Raa?".

"Bang, maafin Ira yaa, solanya ira selalu ngejangkelin abang, selalu bikin keributan, kalo Ira salah tegur aja ya bang".

"Ira yang cantik, dengerin kakak". Kata Azel sambil tersenyum

"Abang gak mau marah sama kamu".

"Kalo kakak marah nanti Ira nangis"

"Sementara kakak gasuka ngeliat ira nangis".

"Kakak seneng kok Ira lahir kedunia ini jadi adik kakak".

"Tapi kalo Iraa udah keterlaluan tegur aja ya kak". Sambil menahan tangis.

"Tenang aja, kakak punya cara sendiri buat negur kamu kok". Kata azel sambil mengelus kepalaku.

"Kalo gitu kakak lanjut dulu yaa, kalo kelamaan ngobrol nanti AFK hehe ".

"Iya bang".

Dalam pandangan kak Azel, dara ini adalah peri kecil yang dimana tugas Azel sebagai kakak pertama adalah mementingkan kebahagiaan peri kecilnya. Bahkan Azel  siap untuk jadi tempat pulang jikalau Ira sedang sedih.

Berikutnya   aku meminta maaf kepada kak Aiden. Kebetulan kak Aiden sedang mencuci piring di lantai bawah. Aku turun dan mendekati kak Aiden.

"Kak".

"Eh ada Iraa,kenapa?, Ada yang mau diomongin?"

"Ada kak, Iraa mau minta maaf, pasti kakak ngebatin banget sama kelakuan Iraa, kelakuan ira yang ngejengkelin banget, gak jelas dan lain atau sebaginya".

"Kamu kenapa Iraa?, lagi over thinking ya?"

"Engga kak, cuman ngerasa kalo ira itu selama ini banyak salah sama kakak"

"Iraa, kamu itu anak yang unik, paling beda sama yang lain, sifat kamu yang begajulan dan gak jelas itu jadi hiburan bagi kita kita, tau gak? Dulu abang yang paling semangat waktu kamu lahir karenak akhirnya abang punya temen, sejengkel apapun kamu, kami tetep gabisa marah sama kamu karena kamu merupakan pusat kebahagiaan bagi rumah ini". Ujar Aiden berbicara tanpa jeda.

"Tapi Kak kalo Iraa salah tegur aja ya"

"Gausah dipikirin, dara gak pernah keterlaluan kok"

"Huhu makasih ya kak"

Dalam pandangan Aiden, meski Iraa orangnya begajulan, tapi dia tau kalo Iraa itu anak yang baik dan Aiden tidak bisa marah kepada Iraa.

Aku mencari kak Aaron di seluruh sudut rumah, ternyata tidak ketemu, ternyata dia berada di taman di luar sedang duduk sambil menonton drakor.

"Kak, Iraa boleh bicara gak?"

"Boleh, mau bicara apa?"

"Maafin aku ya bang, aku sadar aku ini udah keterlaluan, apalagi sampai nyiram kepala kakak kemaren, kalo kakak mau ngemarahin aku marahin aja, aku ikhlas kok, aku gamau dikutuk jadi reog karena jadi adik yang durhaka".

"Masalah nyiram gausah difikirin lagi, gausah merasa berdosa juga, mungkin itu efek karena terlalu dimanjakan para kakak, tapi gapapa karena kita ingin yang terbaik buat Iraa, abang sendiri rela korbanin nyawa abang demi kamu. Alay bet yaa hehe".

"Makin ngerasa dosa". Ucap Ira sambil menyusut air mata.

"Mungkin selama ini Kakak cuek sama Ira, tapi bukan berarti abang gak sayang, tiap malem kakak selalu dating ke kamar kamu, mastiin suhu AC kamar, kamu udah pake selimut atau belum, dan abang selalu cium kening Iraa tanpa Iraa sadar"

"SERIUS KAK?, tapi kan kamar Ira selalu dikunci?". Ucapku terkejut.

"Kakak punya kunci duplikatnya kok, kakak punya kunci duplikat semua kamar".

"Jadi abang selama ini jadi juru kunci yaa." Ujar ku sambil tersenyum

"Maaf yaa kakak selama ini terlalu cuek".

"Gapapa Kak, Maafin ira juga yaa".

Menurut Iraa Aaron adalah orang yang paling sweet, selama ini dia selalu tidur nyenyak karena perhatian dari Aaron. pandangan dari Aaron sendiri terhadap ira adalah hanya anak anak, tetapi Aaron siap pasang badan jikalau Iraa disakiti oleh orang lain.

Dan yang terakhir sama kak Aldi, aku takut banget kak Aldi gabisa ngemaafin aku. Tapi gapapa, kita coba saja. Kak aldi sedang memotong rumput diluar, aku sedang menyusun kata kata sambil mendekati Kak Aldi.

"Tumben banget gembel ini Motong rumput". Aduh aku bego banget, peluang termaafkannya diriku semakin menipis.

"Apa lo?, gue males debat". Ucap Aldi sambil melanjutkan memotong rumput.

"Hehe, lo bisa gak sih baik sama gue kaya abang abang yang lain?, gue curiga lo abang gue atau bukan".

"Bukan, Ini gembel". Ujar Aldi langsung menjawab.

"Ih, kakak galeh gitu". Muka Iraa cemberut.

"Dih kakak, merinding gue".

"Kenapa kan lu juga Kakak gue, Di bisa gak sih sehari aja akur?, cape banget gue berantem sama lu".

"Gue engga". Ujar Aldi, singkat padat dan jelas.

"Ish, gue minta maaf deh kalo selama ini suka kasar sama lo, gue tuh sayang sama lo kaya kakak kakak yang lain, justru lo itu special, gue lebih enjoy ke lu".

"Lu sayang sama gue?".

"Sayang dong masa engga". Dahiku mengernyit

"Buktiin".

"Lo mau apa, lo mau gue ngapain?".

"Peluk. Cuma gue yang gak pernah lo peluk, gue iri ama kakak kakak yang lain, gue juga ingin tau rasanya dipeluk sama adik sendiri".

"Di sumpah, jadi aneh gini kalo direncanain hehe. Nanti gue bakal peluk lo, tapi kalo emang ada moment nya, gak sekarang tapi yaa."

"Lo gak sayang sama gue". Ujar Aldi kesal.

"Ih gak gitu, beda abang bed acara sayangnya. Kalo lo gue lebih suka debat karena seru hehe".

"yaudah deh gimana lo aja. Gue juga gamau hubungan lita jadi ankward".

*Ankward: canggung

"Nah gitu dong, makasih ya kak".

"Iyee, udah pergi lu, ganggu aja".

"Yeh dasar".

Pandangan ku terhadap Aldi adalah teman. Cuman kak aldi yang bisa bikin enjoy dan bikin Iraa nyaman, meski kita sering berantem tapi kita sayang 1 sama lain.

Aldi menulis di buku diarynya "Gak nyangka, ternyata dia sayang juga sama aku, tapi mungkin emang caranya aja yang aneh, terimakasih yaa udah mau sayang sama gue".

Setiap momen yang aku jalani di dalam keluarga adalah berharga, sangat berharga apa lagi yang aku lalui Bersama kakak kakak ku. Mereka membuat hidup ku menjadi berkesan dan berwarna. memiliki kakak seperti mereka adalah anugrah yang nikmatnya tidak bisa dibandingi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun