"Rin, kamu bisa gak sih gak gunain kekuasaan keluarga kamu di tempat latihan." Kata Andini. Teman kursus Chatrine.
"Maksudnya apa sih din? Aku kan baru dateng." Wajahnya penuh kebingungan.
"Jangan mentang-mentang kamu anak konglomerat, kamu jadi pemeran utama buat teater nanti. Secara kan kemampuan kamu ada di bawah aku." Ucapnya sambil mendorong Chatrine
"Maaf ya din, tapi yang pilih aku itu miss sendiri dan itu atas kemampuan yang aku punya." Chatrine meninggal tempat itu  menuju aula teater.
Chatrine telah selesai latihan, ia merasa bahagia karena balet adalah sarana untuk ia mengekspresikan perasaannya. Ia langsung bergegas pulang, sesampainya di rumah suasananya berbeda. Entah akan ada badai apa yang terjadi
"Hai bunda, Chatrine pulang. Wah bunda masak makanan kesukaan aku semua." Chatrine kegirangan
"Iya dong, kan khusus buat anak kesayangan bunda." Nathalie mengelus rambut putri kesayangannya itu.
"Bunda, aroma makanannya sangat menggugah selera. Chatrine gak sabar mau coba." Ucap Chatrine sambil tersenyum
"Chatrine cuci tangan dan langsung duduk. Ayah mau bicara sama kamu." Raut wajah Bimo terlihat sangat emosi.
"Baik, ayah." Ucapnya dengan suara yang sedikit bergetar.
"Duduk. Jujur sama ayah. Kamu masih ikut kelas balet yang tidak berguna itu?" Suara pukulan meja yang dibuat Bimi terdengar sangat keras.