Tiba-tiba, angin mulai berhembus keras, membelah pepohonan dan membawa debu dan daun kering ke udara. Pria itu memandang Andi dengan pandangan serius. "Kau harus pergi sekarang juga. Aku tak ingin kau terjebak di sini saat badai datang."
Andi tahu bahwa pria itu benar. Dia tidak bisa berlama-lama di sini, terutama ketika cuaca mulai memburuk seperti itu. Dia mengangguk pada pria itu dengan cepat. "Terima kasih atas segalanya. Saya akan segera pergi."
Pria itu memberinya senyuman singkat sebelum berbalik dan berlari menjauh. Andi merasa agak terkejut oleh reaksi tiba-tiba pria itu, tetapi dia tidak punya waktu untuk memikirkan lebih lanjut. Dia harus pergi sebelum terlambat.
Dengan langkah cepat, Andi meninggalkan tempat itu, berlari menuju arah yang diberikan pria tadi. Dia bisa merasakan angin kencang membelai pipinya, mendorongnya maju lebih cepat lagi.
Namun, saat dia berlari melewati jalan setapak yang berliku, dia tiba-tiba tergelincir dan jatuh ke tanah dengan keras. Dia merasakan sakit menusuk di lututnya saat dia mencoba bangkit kembali, tetapi dia tidak bisa menahan rasa sakit yang menusuknya.
Dengan susah payah, dia mencoba bangkit kembali, tetapi dia merasa pusing dan lemah. Dia meraba-raba di saku jaketnya, mencari ponselnya untuk memanggil bantuan, tetapi dia menyadari bahwa dia telah kehilangannya di tengah-tengah kekacauan.
Dia merasa panik mulai merayap di dalam dirinya, tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Dia terjebak di tengah badai yang semakin memburuk, tanpa alat komunikasi dan tanpa cara untuk mendapatkan bantuan. Dia merasa seperti dunia sedang runtuh di sekitarnya, dan dia tidak tahu bagaimana cara untuk keluar dari situasi yang sulit ini.
Namun, di tengah keputusasaan yang melanda, dia mendengar suara yang akrab bergema di angin. "Andi... Andi..."
Andi menoleh ke arah suara itu dan melihat sosok yang berdiri di kejauhan. Dia meraba-raba di saku jaketnya, mencari ponselnya untuk memanggil bantuan, tetapi dia menyadari bahwa dia telah kehilangannya di tengah-tengah kekacauan.
Dia merasa panik mulai merayap di dalam dirinya, tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Dia terjebak di tengah badai yang semakin memburuk, tanpa alat komunikasi dan tanpa cara untuk mendapatkan bantuan. Dia merasa seperti dunia sedang runtuh di sekitarnya, dan dia tidak tahu bagaimana cara untuk keluar dari situasi yang sulit ini.
Namun, di tengah keputusasaan yang melanda, dia mendengar suara yang akrab bergema di angin. "Andi... Andi..."