Andi melangkah lebih dalam lagi ke dalam bangunan, melewati lorong-lorong yang semakin gelap. Dia merasa seolah-olah sedang ditarik oleh kekuatan yang tak terlihat, dipandu oleh sesuatu yang jauh lebih besar dari dirinya sendiri. Namun, di tengah kegembiraannya, dia juga merasa ada perasaan yang tidak menyenangkan, seperti sesuatu yang mengintai di dalam bayang-bayang, menunggu untuk menghampirinya.
Setelah beberapa saat, Andi tiba di sebuah ruangan besar yang dipenuhi dengan arsitektur yang menakjubkan. Dia berdiri di ambang pintu, terpesona oleh keindahan dan keajaiban yang menjangkau pandangannya. Di tengah ruangan, dia melihat sesuatu yang membuatnya terpaku di tempatnya: sebuah artefak kuno yang terletak di atas sebuah meja batu.
Dengan hati yang berdebar, Andi melangkah masuk ke dalam ruangan, mendekati artefak tersebut dengan penuh rasa hormat. Dia merasakan getaran energi yang kuat memancar darinya, seolah-olah artefak itu sendiri memiliki kekuatan yang tak terbantahkan.
Tiba-tiba, dia terdengar suara yang mengejutkan dari baliknya. "Siapa yang berani menginjak tanah suci kami?"
Andi berpaling ke arah suara itu dan melihat seorang pria tua dengan jubah panjang yang berdiri di ambang pintu. Wajahnya penuh dengan ekspresi marah, dan matanya menyala dengan ketegasan yang tak terbantahkan.
"Dia tampaknya adalah penjaga bangunan kuno ini," pikir Andi dalam hati. "Apa yang harus aku katakan padanya?"
"Dia tampaknya adalah penjaga bangunan kuno ini," pikir Andi dalam hati. "Apa yang harus aku katakan padanya?"
Andi merasa tertegun sejenak, mencoba mencari kata-kata yang tepat untuk menjelaskan kehadirannya di sana. "Maafkan saya, saya tidak bermaksud mengganggu. Saya adalah seorang peneliti yang tertarik pada sejarah dan kebudayaan bangunan ini. Saya datang untuk belajar dan menghormati warisan yang ada di sini," ujarnya dengan suara hati-hati.
Pria tua itu menatap Andi dengan tajam, seolah-olah mencoba menembus pikirannya. Namun, setelah beberapa saat, dia tampaknya meredakan sedikit ekspresinya yang keras. "Kau memiliki semangat yang mulia, anak muda. Namun, kau harus ingat bahwa bangunan ini adalah tempat yang suci bagi kami. Kami tidak suka jika orang asing menginjakkan kakinya di sini tanpa izin."
Andi mengangguk dengan penuh pengertian. "Saya benar-benar minta maaf atas ketidaknyamanan saya. Saya akan segera pergi jika saya mengganggu Anda."
Namun, sebelum Andi bisa melangkah pergi, pria tua itu menahan langkahnya. "Tunggu sebentar," katanya tiba-tiba. "Ada sesuatu yang berbeda tentangmu. Aku bisa merasakan energi yang kuat dari dalam dirimu. Apakah kau memiliki hubungan khusus dengan tempat ini?"