Mohon tunggu...
Adi Setiadi
Adi Setiadi Mohon Tunggu... -

Dokter Matematika amatir Pencinta puzzle dan sandi Pencinta quotation

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Mengapa saya tidak akan memperbolehkan anak saya menjadi seorang dokter di India

12 Juni 2015   14:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:05 68200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Kami ingin menyembuhkan...kami ingin mendapatkan kepuasan dalam menyelamatkan nyawa dan melihat senyuman bahagia pada wajah orang2 yang sebelumnya dalam keadaan sakit. Tapi tidak begini caranya. Tidak didikte oleh keinginan gak jelas orang bisnis yang mewajibkan keuntungan, tidak oleh rasa takut dipukuli keluarga pasien yang tidak bisa menerima kematian sebagai sesuatu yang memang sudah saatnya, tidak ketika masih cemas mengenai bagaimana harus membayar tagihan listrik dan tidak kehilangan sentuhan dengan orang2 yang berarti bagi kita hanya karena sebuah negara memilih untuk tidak memperkuat sistem kesehatannya sendiri. Rasa takut yang kamu rasakan sebagai seorang dokter harusnya adalah ketika kamu berpikir bahwa kamu terlewat sebuah diagnosis banding pada pasien yang datang kepada kamu, bukan takut dipukuli apabila keadaan pasiennya memburuk.

 

Tergantung dimana kamu bekerja, kamu akan mengalami permutasi atau kombinasi dari keadaan “sakit” diatas ketika menjadi seorang dokter di India.

Dan ini akan memakanmu dari dalam. Kamu akan berandai2 bagaimana mengatur keseimbangan antara berada ditengah2 orang yang mencintai kamu secara pribadi dan yang membutuhkanmu secara profesional. Kamu akan bertanya pada dirimu sendiri bagaimana setiap orang menginginkanmu memiliki gelar yang banyak disamping namamu, tetapi tidak berpikir bahwa perlu untuk membayar harga yang sesuai untuk usaha kamu mencapai hal tersebut. Kamu akan melihat sejawat kamu yang melakukan sesuai dengan buku tetapi terpukul oleh politik di rumah sakit atau secara fisik oleh pasien, dan kamu akan berandai2, kalau nanti datang pasien yang agak kritis ke rumah sakit, apakah harus saya tangani atau saya rujuk ke rumah sakit lain untuk menyelamatkan nyawa saya, tahu bahwa hukum telah gagal melindungi saya.

 

Dan pada saat itu, kamu sudah berhenti menjadi dokter yang kamu inginkan dari awal.

 

“Selfless service” atau “Pengabdian” tidak seharusnya mewajibkanmu meninggalkan jiwa dan hidup kamu.

 

Orang2 hanya menggunakan istilah itu ketika mereka ingin dokter melakukan diluar kewajibannya. Pengabdian berhenti ketika saatnya membayar iuran. Ketika saatnya memukuli dokter atau menghina satu keseluruhan profesi hanya karena satu dokter atau kadang2 karena memang tidak peduli.

 

Kamu bisa memilih untuk mengabdi dengan banyak cara, menyumbang pada orang yang memerlukan, mengadopsi seorang anak, berpartisipasi secara aktif pada LSM...bahkan menurut saya, dengan tidak melukai atau mencurangi seseorang, pada dasarnya kamu telah tidak egois di dunia ini. Kenapa, kamu bisa menabrak orang yang tidur dipinggir jalan, dan dikatakan tidak egois, selama kamu memiliki uang untuk disumbangkan didepan media massa, seperti yang saya baca akhir2 ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun