Mohon tunggu...
Adi Setiadi
Adi Setiadi Mohon Tunggu... -

Dokter Matematika amatir Pencinta puzzle dan sandi Pencinta quotation

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Mengapa saya tidak akan memperbolehkan anak saya menjadi seorang dokter di India

12 Juni 2015   14:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:05 68200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Keluar rumah jam 7 pagi dan kembali ke rumah jam 10 malam hanya untuk tidur dan kemudian bangun kembali pada jam 5 pagi untuk memulai siklusnya lagi, dia bertanya2 apa tujuan dari semua itu. Dia telah kehilangan kontak dengan yang dia cintai dan telah menjadi sebuah zombie, hilang diantara politik dalam rumah sakit dan ketiadaan kehidupan sosial secara total.

 

Semua ini untuk gaji yang “besar” 50.000,-/bulan (di Mumbai) yang dia tahu bahwa kalau dia sakit dan masuk ICU, itu tidak cukup untuk 2 hari perawatan di ICU di Rumah Sakit tempat dia bekerja tersebut. Saya ingin berkata pada dia bahwa ada guci emas pada ujung pelangi. Saya ingin menghibur dia dengan mengatakan bahwa dia akan mendapatkan gaji yang lebih besar kelak pada usia empat puluhan dibandingkan teman2nya yang dapatkan di usia tiga puluhan ini. Tetapi saya tidak mengatakan itu. Karena saya tahu apa yang dia rasakan.

 

Seorang dokter yang lain berkata pada sebuah forum publik, menceritakan pengalamannya melakukan pelayanan di daerah terpencil selama 6 tahun untuk pemerintah. Ketika dia akhirnya pergi 2 tahun yang lalu, laki-laki di usia tiga puluhan tahun tersebut hanya memiliki tabungan Rs 15.000,- padahal dia tidak pernah membeli barang mewah atau perjalanan tamasya. Dia memerlukan orang tuanya untuk membantunya pada usianya tersebut untuk membayar penginapannya. Ini semua menjadi sangat tidak masuk diakal ketika seorang yang bekerja di toko tempat dia mencharge handphonenya mengatakan padanya bagaimana gaji bulanannya lebih besar dari dokter....tanpa resiko apapun.

 

Satu permintaan dia untuk semua dokter yang mendengarkan ? Jangan jadi orang bodoh yang sentimental dan diperas oleh sistem kesehatan untuk bekerja seperti yang dia lakukan ..... karena tidak ada yang peduli pada akhirnya untuk semua pelayanan yang kamu lakukan. Dan saya sangat setuju dengannya. Jika setelah lebih dari satu dekade di dunia kesehatan, dia tidak bisa memberi nafkah pada keluarganya sebagaimana pemilik toko handphone, jadi mengapa dia harus tetap melalui hal tersebut ? Jika di India dianggap sebagai suatu kejahatan untuk dokter mendapatkan uang, namun menutup mata apabila hakim, pengacara dan politikus yang tidak berpendidikan secara ajaib menjadi kaya raya, apakah itu suatu kebodohan untuk menjadi seorang dokter ? Berani2nya bermimpi untuk memberi nafkah pada keluarganya ?

 

Semakin banyak peraturan, semakin sedikit pelayanan kesehatan, itulah yang dijadi solusi oleh negara

 

Dunia kedokteran yang kita masuki bukanlah yang seperti sekarang ini. Bahkan generasi sebelum kami juga mengakuinya. Dan ini akan semakin parah.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun