Sebelum kami menjadi dokter, kami juga orang normal. Kami telah ditanamkan nilai2 dari keluarga kami dan teman2 kami selama dua dekade sebelum kami mendapatkan hak untuk memakai stetoskop. Dan mau tidak mau, itu akan terlihat dalam kami melangkah.
- Jadi memang iya, akan ada beberapa dokter yang bekerja denganmu yang akan mempromosikan obat2an yang mungkin bukan karena obat itu bagus, tetapi karena pabrik obat memberinya insentif yang baik. Dan kamu akan melihat dokter2 tersebut membawa uang lebih dari kamu untuk sesuatu pekerjaan yang sama dengan kamu, dan setan di bahumu akan tersenyum. Dan dia akan tersenyum sinis ketika kamu melihat smartphone baru yang diluar jangkauan finansial kamu karena pengabdian dan penghormatan tidak membayar tagihan.
- Akan ada yang perlu untuk mengembalikan uang yang dibutuhkan untuk mendapatkan kursi.... saya dengar bahwa beberapa kursi post graduation sekarang harganya 4 crores. Saya gak tahu mengapa orang membelakan mendapatkan kursi tersebut ketika dengan ditabung saja bunganya banyak, namun masing2 orang berbeda.
- Kamu akan menemukan dokter yang dipaksa untuk melakukan prosedur ekstra, karena ketika mereka bekerja di rumah sakit swasta, mereka harus patuh pada atasannya. Mereka harus membuat keuntungan untuk bos2 mereka yang merengus ketika mereka mengingatkan kamu bahwa jika rumah sakit merugi dan tutup, yang rugi adalah pasiennya juga. Dan ketika kamu berpikir tentangnya, dia benar juga kan ? Rumah sakit swasta (yang menangani persentase besar dari populasi) perlu untuk mendapatkan keuntungan agar bisa berjalan. Jika mereka tutup, sistem kesehatan di negara akan kolaps dalam beberapa bulan karena rumah sakit pemerintah tidak akan mampu untuk mengatasi volume yang besar. Namun, moral kompas kamu akan bergetar saat kamu mencoba menggapai antara keinginan dalam diri untuk mengobati orang yang sedang sakit dan perlunya memaksa mereka ke rumah sakit yang kurang aman karena mereka (seperti juga kamu) tidak mampu membayar rumah sakit ini.
- Mengetahui bahwa kamu bukanlah Tuhan. “Merasa seperti seorang Tuhan” ketika kamu melihat pasien membuka matanya setelah operasi yang sukses adalah berbeda dari percaya bahwa kamu adalah Tuhan. Namun cukup hanya dengan satu kesalahn maka Tuhan2 itu jatuh...dan jatuh dengan keras.
- Kompetisi profesional juga ada, meskipun kamu tidak memiliki sesuatu yang cukup untuk kompetisi. Menjadi kompetitif kemungkinan ada dalam semua bidang namun disini permainannya dengan nyawa orang2. Ketika seseorang mendiskritkan kamu untuk membuat pasien2 menjauh kamu, kamu akan berpikir apa inti dari semua itu. Bukankah ini mengenai menyembuhkan orang2 ?
Orang2 diluar yang bodoh dan tidak mengerti
Contoh kasus : ketika suatu daerah tidak mampu mengatasi jumlah pasien di daerah terpencil yang memerlukan pelayanan kesehatan, dokter2 dari daerah2 tetangga masuk dan melakukan bakti sosial, membantu orang2 miskin mendapatkan pelayanan yang mereka perlukan. Bagaimana daerah awal meresponnya ? Dengan melarang semua dokter dari Rumah Sakit2 lain karena “KEJAHATAN” menyediakan pelayanan kesehatan bagi orang yang memerlukan. Mereka tidak mampu menyediakannya untuk dirinya sendiri, tetapi mereka tidak memperbolehkan daerah lain untuk membantunya. Ini adalah kebijakan dari menteri2, lebih baik rakyat kami menderita daripada membiarkan orang lain mengambil pujian karena membantu mereka ketika kami tidak bisa melakukannya.
Kamu memiliki menteri yang menjalankan perusahaan rokok yang menjadi kepala komite kesehatan dan membalikkan semua pekerjaan dokter dengan mengklaim bahwa rokok baik untuk kesehatan.
Kamu memiliki orang2 yang mengaku fakir dan orang suci yang mengatakan agar meningkatkan jumlah populasi pada saat kita sudah overpopulasi.
Kamu sebagai dokter terperangkap dalam ketidak pahaman moral politikus2 dan bintang film yang tidak pernah melihat sendiri keadaan rumah sakit pemerintah, namun mereka menentukan bagaimana cara mengatur rumah sakit.
Inilah yang dihadapi oleh setiap dokter muda di India – kekecewaan bahwa keadaan tidak sebagus yang diduga sebelumnya.