Pemuda berbaju kuning itu hanya duduk diam dengan tenang saja. Sedikit menoleh ke arah luar kedai lewat jendela. Perhatiannya tertujuh kepada seseorang di jalanan menuju ke arah kedai itu. Perhatiannya lebih tertujuh lagi pada tongkat yang di pegang oleh orang asing itu. Sebuah tongkat hitam berkepala tengkorak. Ternyata orang itu tak lain adalah si Raja langit. Tokoh sesat yang mengalahkan seorang kepala pasukan kerajaan Bowontehu. Sehabis mengalahkan perwira kerajaan itu, si Raja Langit mengembara sambil membuat kekacauan di mana – mana. Sehingga dia di kejar- kejar oleh panglima Kerajaan Bowontehu. Namun sampai sekian tahun belum juga ditemukan. Oleh karena si Raja Langit orangnya sangat licik dan culas.
“Mana pelayan kedai ini. Siapkan aku secangkir kopi!” si Raja Langit berkata keras. Semua orang menoleh ke arah Raja langit.
“Mengapa kalian menatapku! Ayo keluar semuanya dari kedai ini. Biarkan aku bersama perempuan ini sambil bersenang – senang!” hardik si Raja Langit
“Duuuubbbrrraaaakkk,,,,”
“Enak saja kamu orang tua bau tanah!” seorang pengawal tuan Luthang berdiri menggebrak meja.
Sebelum dia mau berkata lagi, tiba – tiba terlihat sinar hitam keluar dari kepala tengkorak yang dipegang oleh si Raja langit. Pengawal tuan Luthang itu terlempar ke dinding kedai, lalu mati seketika dengan sebuah lubang pada jidatnya. Melihat apa yang terjadi, orang – orang yang ada dalam kedai itu segera keluar berhamburan menyelamatkan diri. Hanya tertinggal seorang pemuda berbaju kuning yang masih duduk menikmati kopinya.
“Pemuda tengik, kamu tidak ikut lari!?” Ho, ho,ho,,,,,”
Pemuda berbaju kuning itu diam tak bergeming. Hanya kelopak matanya yang bergerak. Tatapannya tertuju di luar kedai. Nampak seorang berpakaian seragam kerajaan. Seorang Panglima kerajaan bersama lima orang prajurit. Lalu dengan suara lantang Panglima itu berkata.
“Sauadara yang berjuluk si Raja langit, saya harap anda keluar dari kedai!”
Si Raja Langit kaget alang kepalang. Ada yang berani menyebutkan dirinya. Dia pun segera keluar dari kedai itu.
“Saudara siapa,,ho,ho,ho,, ternyata Panglima Kerajaan. Sungguh bangga sekali aku ternyata menjadi orang penting. Di cari oleh seorang Jendral, keperluan apakah gerangan mencariku!”