Sepuluh anak buah prajurit kerajaan itu langsung membuat lingkaran, sambil mencabut pedang mereka.
“ Criingg”
Bataha Sili memperhatikan gelagat orang itu, segera membaca musuh ini terlalu sakti. Dia pun segera memberikan isyarat agar sepuluh anak buahnya keluar dari lingkaran pengepungan itu.
“Maaf, sobat, kita tidak ada permusuhan. Maksud apa menghalangi jalanku!”
“Ho, ho,ho,, ternyata ini yang namanya Bataha Sili, si Sepasang Pedang Maut. Aku ingin menjajal kemampuan ilmu dari para kesatria kerajaan,, ho,ho,,ho..!”
Bataha Sili mulai geram dengan sikap orang asing yang mengaku si Raja langit ini. Belum sempat berpikir panjang si Raja Langit telah menyerangnya.
“Wuuufff…Plaak…plaakkk…”
Kedua tangan mereka beradu. Tubuh Bataha hampir terjengkang, sedangkan Raja langit berdiri kokoh bagai batu karang. Melihat lawannya cukup tangguh, Bataha Sili segera mencabut senjata andalannya. Sepasang Pedang maut.
“Criing…criing..”
Pedang itu di putar bagai hingga tak membentuk lagi sebuah pedang. Hanya terlihat seperti kitiran angin pada kedua tangannya. Lalu menerjang lawannya si Raja Langit. Melihat lawannya Bataha Sili, mancabut sepasang pedangnya, segera tongkat hitamnya diputar, dengan kecepatan yang sangat tinggi. Terdengar suara laksana deru gelombang lautan.
Sepasang pedang itu beradu dengan tongkat hitam itu. “Criing,,criingg….wuus,,,plaaak..”