“Aku tidak cemburu, Rin. Aku ngantuk.”
“Kamu tidak cemburu, tapi kamu ngantuk. Sama kalau begitu.”
“Aku jarang minum kopi, Rin.”
“Oh, kalau kamu mengantuk, kopi takkan bisa jadi alasan. Begini Sayang, kopi itu kenikmatan, sedangkan mengantuk itu suatu kepastian.”
“Pasti. Selamat tidur, Rin.”
“Hei, selama kita masih begini kularang kamu mengantuk, Sayang. Ayo kita ngobrol saja sambil menunggu kedatangan Roger Bones kemari.”
“Kita mau ngobrol saat saling tindih begini? Jangan bercanda, Rin.”
“Kenapa aku harus bercanda, Sayang?” Rina mengecup bibirku lagi, lalu mengecup pipi kiri dan kananku, lalu bergeser ke bawah, mengelus-elus dadaku. “Tidak penting sebenarnya apa kita bercanda atau tidak.”
“Menurut perkiraanmu, di mana Roger Bones menginap di sini?”
“Kalau tidak Shangrilla, pasti Four Seasons.”
“Kenapa Roger Bones tidak menginap di Ritz Carlton atau JW Mariott?”