Mohon tunggu...
Septian DR
Septian DR Mohon Tunggu... Translator dan Wiraswasta -

TRANSLATOR & KOMIKUS

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Misterius Bagian 1

20 Oktober 2016   11:28 Diperbarui: 20 Oktober 2016   11:51 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kamar kami menyala terang. Jelas tampak siapa tukang rusuh yang masuk paksa ke rumah kami. Tampaknya sih dia memang Roger Bones jika kulihat dari setelan tuksedo putihnya yang necis, bunga mawar di dada kiri, jam tangan Rolex di tangan kiri serta pistol Walther P99 berperedam yang teracung jelas padaku dan Rina. Anehnya si tukang rusuh ini memakai topeng kambing warna merah darah, hanya menyisakan kedua mata berwarna biru yang kuyakin pasti melotot melihatku, terutama melihat Rina tentunya.

“Joni Bong dan Rina Bong, what a pleasure to finally meet you two! Sungguh senang bisa berjumpa kalian berdua! First and last! Kali pertama dan … terakhir!”

“Jadi kau yang bernama Roger Bones?” tanyaku tanpa takut sedikit pun.

Si topeng kambing itu mengangguk-angguk sambil menembakkan sebutir peluru ke langit-langit ruangan kamar kami.

“Kenapa kamu ingin membunuh kami?” giliran Rina bertanya. “Omong-omong, kamu masih ingat tidak denganku?”

Si topeng kambing membuat gerakan mengangkat bahu, lalu pelan-pelan meletakkan Walther P99 berperedam miliknya di tepi ranjang kami. “Sebelum saya eksekusi kalian berdua, perlu saya jelaskan mengapa saya ingin membunuh kalian.”

“Jelaskan kalau begitu.” kataku sambil bersandar di bantal yang kupasang di dinding, sementara Rina juga berbuat serupa denganku. “Kami bersedia mendengarkan penjelasanmu kalau kau memang bisa menjelaskan alasanmu membunuh kami.”

“Baik, saya eh bagaimana ya? Bisakah kalian berpakaian dulu?”

Aku dan Rina saling pandang, lalu saling menggeleng.

“Kalian tidak mau berpakaian dulu? Kalian … tidak tahu sopan santun!”

Aku tertawa begitu pula Rina. Si topeng kambing lagi-lagi mengangkat bahu. “Saya lupa ini rumah kalian. Mau berpakaian atau tidak bebas karena ini rumah kalian. Betul begitu? Maaf, saya lupa, saya khilaf.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun