“Kenapa harus dengan smartphone, Rin?”
“Karena smartphone berfungsi sebagai lampu di kamar ini, Sayang. Cepat ambilkan. Kurasa Roger Bones sudah berada di dalam rumah.”
Saat itu terdengar bunyi perintah lantang dari luar kamar kami. “FREEZE!!!”
“Sudah terlambat, Sayang. Cepat berbaring di sampingku. Kita pura-pura tidur.”
“Setuju, Rin.”
“FREEZE!!!” teriakan lantang Roger Bones dari luar kamar terdengar lagi.
Aku memeluk Rina. Matanya sudah terpejam tampaknya. Aku pun segera memejamkan mata. Saat itu aku mendengar suara ceklek tiga kali, lalu tendangan keras langsung menjeblak pintu kamar kami terbuka lebar.
“BANGUN KALIAN!!!”
Aku dan Rina mau tak mau membuka mata.
“HIDUPKAN LAMPU!!!”
Rina berbisik kepadaku agar menyalakan lampu, lalu segera kunyalakan lampu.