“Kamu kesepian, Edwin? Sayang sekali. Teman-temanku sesama model bisa kuminta kemari membantu kamu, mengobati kesepian kamu sekarang. Kamu mau?”
Aku menggeleng sambil berkata lirih kepada Elsa. “Maafkan aku. Tak seharusnya aku bersiul begitu. Aku sangat murahan, Elsa. Kau mau memaafkanku?”
Elsa selesai mengatur hidangan KFC lalu beringsut cepat mendekatiku dan memelukku sangat erat. “Aku selalu sayang kamu, Edwin.”
“Wow.” desisku pelan.
“Kenapa kamu bilang begitu?”
“Entahlah.” kataku melepaskan pelukan Elsa. “Aku selalu takjub jika kau memelukku.”
“Norak kamu, Edwin.” Elsa tersenyum manis sambil menonjok lengan kiriku. “Ayo makan.”
Kami berdua menyantap hidangan KFC untuk makan malam itu begitu lahap. Paling tidak tinggal tulang-tulang ayam saja yang tersisa di piring kami. Setelah minum beberapa gelas air putih yang menyehatkan, kami beristirahat sejenak saling menatap di meja makan.
“Kurang lilin saja di sini, Edwin.”
“Menurutmu lampu kita terlalu terang?”
“Kurang redup.” Elsa tersenyum dengan mata sayu. “Kamu tahu maksudku tentunya.”