Tanpa sepengetahuan Ningsih, ternyata Syam sedang menuju ke tempat Ningsih menunggu dengan menggunakan sepeda motornya. Namun malangnya  ban sepeda motornya kempis tertusuk paku. Kemudian Ia menuntun sepeda motornya menuju tukang tambal ban di perempatan jalan.
        Setelah bebrapa menit menunggu, syam mulai merasa kesal dengan kerja situkang tambal ban yang bekerja lambat. Disertai rasa panik yang menggebu, akhirnya Syam memutuskan untuk meninggalkan sementara sepeda motornya.
        Diatas aspal yang keras, di bawah pancaran sinar sang surya yang masih terasa menyengat membakar kulit, Syam berlari sekuat tenaga sambil sesekali menyeka peluh yang menganak sungai dipelipisnya.
        Sementara itu, Ningsih harap--harap cemas menunggu kedatangan Syam  sambil menatap arlojinya berulang kali yang kini menunjukkan pukul 16:50 yang semakin menambah kecemasannya dan kekhawatian yang menyelimuti hatinya. Namun hati kecilnya tetap yakin bahwa Syam akan segera datang.Â
        Dengan nafas tersengal-sengal sosok yang sedari tadi ditunggunya akhirnya datang juga.Â
        "Sorry.... Aku nggak tepat waktu...! "Ujar SyamÂ
        "Ya nggak apa-apa..! "Sahut Ningsih merasa kasian
        "Boleh Aku duduk? "Pinta Syam pada Ningsih
        Ningsih tak menyahut Ia hanya menganggukkan kepalanya sambil menyodorkan segelas es kelapa pada Syam. Es kelapa itu baru beberapa menit yang lalu dipesan.
        "Makasih..ya...!" Kata Syam yang kemudian menyeruput es kelapa tersebut.
        Ningsih menatapnya dengan tatapan gamang.